Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kelebihan Taktik Pep Guardiola Bisa Rumitkan Manchester United

2 Juni 2023   18:58 Diperbarui: 3 Juni 2023   19:00 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Pep Guardiola memeluka pemain andalannya, Kevin de Bruyne. Foto: AFP/Paul Ellis via Kompas.com

Derby se-kota (3/6/23) antara Manchester City kontra Manchester United (MU) pada final Piala FA 2023 di stadion Wembley bisa berlangsung tegang dan panas. Alasan paling pertama adalah soal gengsi di antara kedua tim. 

Berada di satu kota, kedua tim pastinya akan berupaya kuat untuk memenangi turnamen tertua di Inggris tersebut. 

Alasan lain adalah soal ambisi dan target yang diemban oleh kedua tim. Man City yang menjadi juara Liga Inggris musim 2022/23 pastinya berupaya kuat mendapatkan trofi Piala FA sebagai jalan menuju treble untuk musim ini. 

Sebaliknya, MU pastinya tak rela hal itu terjadi. Selain akan melukai MU, juga ambisi itu bisa saja mengulangi pencapaian MU di musim 1997/98, di mana MU yang dilatih oleh Sir Alex Ferguson berhasil trebel; Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions Eropa. 

Selain membendung ambisi trebel Man City, MU pastinya mau melengkapi raihan trofi Piala Carabao. Apabila meraih trofi Piala FA, MU menutup musim ini dengan cukup manis. Setidaknya, MU mendapatkan dua trofi. Hal itu pun akan menguatkan reputasi Pelatih Erik Ten Hag di Inggris yang nota bene baru berada satu musim dengan MU. 

Namun, langkah MU untuk coba membendung Man City naik panggung juara di Wembley agaknya rumit. Man City mempunyai kekuatan tim yang cukup komplit dan seimbang. 

Keseimbangan Man City diperkuat oleh taktik Pelatih Pep Guardiola. Musim ini, Guardiola melakukan perubahan taktik yang cukup mengagumkan. 

Kelebihan Taktik Guardiola

Sebenarnya, bukan rahasia lagi jika Guardiola terbilang pelatih doyan eksperimen dalam hal taktik dan strategi. Musim ini Guardiola menemukan taktik yang cukup ampuh. Taktik itu cukup membuat Man City tampil seimbang dan konsisten. 

Hal itu terbukti dari pencapaian Man City. Selain sudah menjadi juara Liga Inggris, Man City sementara berada di dua final, final Piala FA dan Final Liga Champions. 

Makanya, menimbang performa Man City, tak sedikit yang menilai bahwa upaya Man City untuk meraih trebel bisa tercapai pada musim ini. 

Performa Man City musim ini tak lepas dari perubahan perubahan taktik Guardiola. Guardiola sangat menyukai peran para pemain gelandang dalam menguasai dan mengontrol lini tengah. 

Namun, sejak kedatangan Erling Haaland, Guardiola memoles taktiknya dan berupaya menyesuaikan dengan karakter Haaland. Sebelumnya, Guardiola sangat terbiasa dengan taktik 4-3-3.  Pada beberapa laga terakhir, Guardiola memainkan formasi 3-2-4-1.

Menariknya, Guardiola tak laga doyan mengganti formasi atau juga mengganti pemain untuk formasi yang sama. Guardiola tampaknya terpaku pada formasi yang sama dengan pemain yang persis sama. Terkecuali kalau absen.  

Formasi itu sangat menopang peran Haaland sebagai striker tunggal yang ditopangi oleh empat gelandang bertahan. Juga, pergerakan para gelandang Man City makin dinamis. 

Haaland benar-benar memainkan peran sebagai striker tunggal. Empat gelandang biasanya melakukan transisi. Misalnya, Silva atau Mahrez yang dimainkan di sisi kiri, bisa cepat berganti posisi dengan Kevin de Bruyne. Bruyne yang mempunyai akurasi umpan silang kerap memanjakan Haaland di lini tengah. 

Menariknya, saat Guardiola memainkan John Stones di posisi gelandang jangkar menemani Rodri.  Apabila Man City menguasai bola, Stones berperan seperti gelandang kotak. Selain menerima bola dari lini belakang, Stones juga tak segan untuk membawa bola ke area depan. Sementara Rodri tetap menjaga posisi sebagai gelandang jangkar. 

Ketika lawan menguasai bola dan melakukan serangan balik, Stones cepat-cepat melakukan transisi dengan mengisi posisi di area pertahanan. Posisi Stones di pertahanan bergantung pada proses transisi. 

Tak jarang, Stones berada di bek kiri, dan K. Walker di bek tengah, begitu pun sebaliknya. Hal itu sangat bergantung pada pola serangan balik lawan.  

Cara itu sangat efektif meredam metode serangan balik. Pasalnya, kelemahan umum dari skema permainan Guardiola adalah saat bermain dengan tim yang mempunyai serangan balik efektif. 

Peran Stones meladeni serangan balik sangat ampuh. Terbukti, saat Man City bermain kontra Bayern Muenchen dan Real Madrid di Liga Champions. Man City berhasil tampil solid dan mampu meredam gaya permainan serangan balik kedua tim tersebut. 

Selain itu, Guardiola juga memoles taktiknya dengan memainkan umpan-umpan panjang memanfaatkan karakter dan kekuatan Haaland. Tak ayal, kiper Man City, Ederson kerap menjadi salah satu aktor penting dalam menyuplai peluang untuk lini depan Man City.

Tentu saja, kekuatan Man City juga terletak pada kualitas pemain yang dimiliki. Haaland kerap menjadi momok untuk lawan.

Reputasinya itu membuat lawan tak segan mengawalnya ketat. Namun, kawalan ketat itu malah membuka peluang bagi pemain lain.

Hal itu sangat nampak saat Man City bermain dengan Madrid dalam dua leg. Para bek Madrid berhasil mengunci pergerakan Haaland dan menutup peluang untuk pemain Norwegia tersebut. 

Namun, Madrid tak sadar dengan peran pemain Man City seperti B. Silva yang kerap melakukan transisi pergerakan dengan Kevin de Bruyne di bagian sisi kiri. Begitu juga kelincahan Jack Grealish dan I. Gundongan. Berkat taktik itu, B. Silva mampu mencetak dua gol ke gawang Madrid.

Ya, taktik Pep Guardiola bisa merumitkan MU. Terlebih lagi, MU mempunyai ketimpangan di lini belakang lantaran bek andalan seperti L. Martinez masih cedera. Berita baiknya, R. Verane bisa dimainan diduetkan dengan Victor Lindelof.  

Belum lagi, pergerakan lini depan yang tak seimbang. Kualitas Marcus Rashford tak diimbangi oleh Antony di sisi kanan. Jadinya, ketika melakukan serangan balik, pergerakan MU bisa gampang terbaca oleh Man City. 

Taktik permainan Man City di tangan Guardiola bisa merumitkan MU di partai final Piala FA. Kendati demikian, faktor sejarah dan rivalitas derby sekota bisa saja menaikan moral dan mentalitas para pemain sehingga pertandingan berlangsung seru. 

Salam Bola

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun