Kemenangan meyakinkan Manchester United (MU) atas Chelsea 4-1 (26/5/23) melapangkan jalan MU ke Liga Champions pada musim 2023/24 mendatang.Â
MU melengkapi tiga klub perwakilan Liga Inggris. Sebelumnya, Manchester City, Arsenal, dan Newcastle United sudah terlebih dahulu memastikan tempat di Liga Champions musim depan.
Dengan ini, peta kekuatan klub-klub Liga Inggris pada musim depan agak berbeda dengan musim ini. Arsenal, MU dan Newcastle menjadi wajah baru yang mewakili Inggris dan menggeser tempat Liverpool, Tottenham Hotspur dan Chelsea.Â
Penyebab Kegagalan Liverpool
Liverpool harus pasrah untuk bermain di Liga Eropa pada musim depan. Kegagalan Liverpool meraih tiket ke Liga Champions sudah diprediksi sejak awal musim ini.Â
Dalam mana, performa Liverpool sering tak konsisten. Bahkan, tim asuhan Pelatih Jurgen Klopp ini sering menderita kekalahan berturut-turut.Â
Akibatnya, Liverpool sempat "betah" berada di papan tengah klasemen Liga Inggris. Situasi agak berubah pada delapan laga terakhir, di mana tim berjuluk The Reds ini mulai perlahan bangkit dan menemukan formula untuk tampil konsisten.Â
Beberapa sebab yang mengakibatkan ketidakstabilan Liverpool. Pertama, masalah cedera pemain. Cedera pemain seperti L. Diaz, D. Jota, dan T. Alcantara menyebabkan ketidakseimbangan di dalam skuad.Â
Setelah kepergian S. Mane, Liverpool membeli D. Nunez dari Benfica. Nunez menggenapi kekuatan lini depan Liverpool. Persoalannya, ketika masalah cedera dari Jota dan Diaz yang hampir terjadi bersamaan. Akibatnya, persaingan antara penyerang tak begitu kuat.Â
Diaz dan Jota baru kembali dari cedera di beberapa laga terakhir. Dengan ini, Klopp memiliki alternatif di lini depan, dan persaingan di antara penyerang pun makin menguat. Terlihat Klopp, di beberapa laga, memainkan Jota atau pun Gakpo di sektor gelandang.Â
Kedua, transfer pemain yang tak tepat sasar. Salah satu kelemahan Liverpool pada musim ini adalah lini tengah.Â
Fabinho yang didapuk sebagai gelandang jangkar kurang diimbangi oleh para gelandang seperti Alcantara, Henderson, dan C. Jones .Â
Anehnya, alih-alih menutup Fabinho dengan gelandang yang mumpuni, Liverpool malah mendatangkan Arthur dari Juventus, yang mana di Juventus pemain asal Brasil itu tak tampil regular dan konsisten.Â
Akibatnya, Arthur lebih banyak ditepikan, tak hanya karena performanya, tetapi juga persoalan cedera. Oleh sebab itu, lini tengah Liverpool tampil rapuh, tak mengimbangi pergerakan lini depan dan membantu lini belakang.Â
Ketiga, menurunya performa bek sayap seperti T. Alexander dan A. Robertson. Kedua bek sayap ini menjadi lumbung assis Liverpool sejak dilatih oleh Klopp.Â
Akan tetapi, musim lalu, kedua pemain ini tampil di bawah standar terbaik. Menjadi tantangan untuk Liverpool, ketika kedua pemain itu tak memiliki pelapis yang sepadan.
Jadi, saat mereka tak tampil menarik, Klopp tak mempunyai pilihan yang memperkuat persaingan. Bagaimana pun, kedua pemain itu membutuhkan persaingan agar tetap berada pada performa terbaik.Â
Liverpool harus menerima kegagalan tak bermain di Liga Champions pada musim depan. Ketidakseimbangan skuad menjadi salah satu sebab dari menurunnya performa Liverpool musim ini.Â
Ketika para pemain kembali dari cedera, situasi Liverpoo perlahan membaik. Liverpool kembali pada jalur yang tepat.Â
Hal itu pun menjadi pelajaran berharga bagi Liverpool pada musim depan, di mana harus membenahi skuad dan mencari para pemain yang memberikan keseimbangan di setiap lini.Â
Kebutuhan Perubahan Chelsea
Chelsea yang harus menerima nasib apes pada musim ini. Belanja pemain di era pemilik Todd Boehly tak berbuah manis, malah Chelsea harus merasakan kepahitan terlempar dari 10 besar klasemen Liga Inggris.Â
Untuk sementara, Chelsea duduk di posisi ke-12 klasemen sementara Liga Inggris. Peluang keluar dari 10 besar sangat lah lebar lantaran jarak dengan Fulham di posisi ke-10 terpaut 7 poin.Â
Masalah Chelsea cukup rumit. Perubahan kepemilikan klub tak semudah dengan apa yang dibayangkan. Alih-alih melanjutkan tradisi dan tren dari pemilik sebelumnya, Roman Abramovich, malahan Chelsea seperti berjalan mundur di era Todd Boehly.Â
Padahal, kalau ditimbang Boehly tak kalah royal dengan Abramovich dalam urusan pembelian pemain. Perbedaannya mungkin sistem kerja yang dibuat oleh kedua pemilik, yang mana Abramovich ditopangi oleh tim yang bekerja cukup sistematis. Pekerjaan itu nampak saat bagaimana klub merekrut pelatih dan pemain.Â
Pelatih yang direkrut ditopangi oleh kebijakan yang jelas. Artinya, pelatih mendapat tempat yang luas untuk mencari pemain yang diingingkan.Â
Pemilik tak begitu campur tangan, tetapi membiarkan direktur olahraga dan tim pencari bakat mendapatkan pemain yang diinginkan.Â
Di era Boehly, langkah itu agak kabur. Terbukti ketika Boehly menempatkan dirinya sebagai direktur olahraga sementara klub ketika Marina Granovskaia sebagai direktur klub dan Peter Cech sebagai direktur olahraga hengkang dari Chelsea.Â
Lalu, pembelian pemain tampak hanya dari sisi popularitas daripada kebutuhan sistem dan strategi pelatih. Jadinya, pelatih menjadi sulit untuk memainkan para pemain tersebut, atau juga para pemain sulit menyesuaikan diri dengan strategi pelatih.Â
Pergantian pelatih juga cukup membingungkan. Thomas Tuchel dipecat saat baru memulai musim kerjanya bersama Todd Boehly. Diganti dengan Graham Potter, klub royal belanja pemain, tetapi para pemain itu tak sepenuhnya sesuai dengan taktik dan kebutuhan Potter.Â
Potter kemudian dipecat dan diganti oleh Frank Lampard. Lampard seperti hadir di waktu yang salah. Bukannya memperbaiki situasi, Lampard malah menghadapi performa Chelsea yang makin keropos. Â
Musim ini menjadi pelajaran yang cukup berharga bagi Chelsea. Kebutuhan mendasar Chelsea adalah mencari pelatih yang bisa mengatur skuad yang sudah terbangun satu musim terakhir. M. Pochettino diperkirakan bergabung dengan Chelsea pada musim depan.Â
Berbekal pengalaman melatih Tottenham, Pochettino bisa beradaptasi cepat. Yang paling perlu adalah bagaimana klub mengsuport dan mendukung kerja Pochettino, tanpa terlalu ikut campur.Â
Oleh sebab itu, manajemen klub perlu memberikan tempat untuk pelatih membangun timnya. Bahkan, melapangkan jalan pelatih untuk membiarkan para pemain yang tak sesuai dengan strateginya.Â
Liverpool dan Chelsea menghadapi musim yang rumit pada musim ini. Liverpool gagal mendapatkan tiket ke Liga Champions dan Chelsea terlempar keluar dari 10 besar klasemen.Â
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H