Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Cooling Break" Tambah Nilai Plus Indonesia Kala Singkirkan Vietnam

14 Mei 2023   11:28 Diperbarui: 14 Mei 2023   11:39 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Indonesia merayakan gol ke gawang Vietnam. Foto: Antara Foto/Muhammad Adimaja via Kompas.com

Kemenangan timnas Indonesia U-22 atas timnas Vietnam U-22 pada semifinal cabang olahraga sepak bola di SEA Games menghadirkan euforia yang cukup gegap gempita di kubu Indonesia. 

Alasan paling pertama lantaran Indonesia mengalahkan salah satu kekuatan sepak bola Vietnam. Vietnam seperti sudah menjadi "musuh" klasik Indonesia di Asia Tenggara. Tak pelak, laga berlangsung panas.  

Alasan kedua adalah cara Indonesia meraih kemenangan. Sanga dramatis. 

Indonesia kehilangan 1 orang pemain gegara kartu merah sejak menit ke-62. Kekurangan satu pemain tersebut tak menyurutkan mentalitas pemain Indonesia. 

Walau Vietnam menyamakan keunggulan 2-2, Indonesia tak gentar menghadapi serangan pemain Vietnam. Keajaiban terjadi. Gol dari luar titik penalti mengoyak jala Vietnam, meruntuhkan mentalitas para pemain Vietnam, dan makin menyolidkan permainan Indonesia. 

Indonesia menang 3-2. Melaju ke final menjadi asa bagi Indonesia meraih medali emas. Lawan berikutnya adalah Thailand, juga lawan yang tak sembarang di Asia Tenggara. 

Walau demikian, berbekal mentalitas di semifinal kontra Vietnam, Indonesia bisa belajar banyak hal. Termasuk, bagaimana Indonesia meladeni kekuatan Thailand. 

Dalam laga kontra Vietnam, satu pemandangan menarik terjadi. Tepatnya di menit ke-72. Wasit memberikan isyarat bagi pemain untuk melakukan cooling break atau jeda untuk mendinginkan diri. 

Istilah cooling break bukan hal baru di olaharaga. Untuk konteks sepak bola agaknya jarang terjadi.  Biasanya dilakukan bergantung pada kondisi cuaca di mana pertandingan sepak bola terjadi itu terjadi.

Pertama kali aturan cooling break diperkenalkan pada Piala Dunia 2014 di Brasil. Laga pertama kala itu yang mengikuti aturan cooling break terjadi antara Belanda dan Meksiko. 

Pelatih asal Portugal, Pedro Polenca yang menjadi hakim dalam laga tersebut memutuskan untuk melakukan cooling break setelah suhu sudah mencapai 39 derajat celsius. 

Aturan secara umumnya adalah apabila tingkat kepanasan cuaca berada di rata-rata 32 derajat atau bahkan lebih, wasit menerapkan sistem cooling break pada menit ke-30 dan menit ke-70.  

Aturan ini juga tak tetap, karena bergantung pada kondisi cuaca dan keputusan wasit. Pemimpin laga Indonesia kontra Vietnam, Kim Hee-gon dari Korea Selatan meniupkan peluit untuk melakukan cooling break di menit ke-75.

 Tujuannya, agar bisa menjauhi para pemain dari hiderasi yang berlebihan. Bisanya, masa jedanya bisa berlangsung 3-5 menit. 

Aturan itu dibuat pada SEA Games kali ini sebagai tanggapan atas persoalan gelombang panas yang mengitari wilayah Asia Tenggara, termasuk Kamboja. 

Tentu saja, hal itu menguntungkan fisik para pemain. Tenaga sedikitnya pulih karena diberikan kesempatan untuk beristirahat sejak dan minum air.  

Di lain pihak, aturan cooling break menjadi momen bagi para pelatih memberikan instruksi tambahan dan sekaligus menenangkan para pemain. 

Laiknya permainan basket yang menerapkan timeouts, di mana pelatih memberikan instruksi, menenangkan para pemain, serta coba mengganggu agresivitas lawan, begitu pula cooling break di cabang sepak bola. 

Ketika cooling break terjadi di menit ke-75, pelatih Indonesia Indra Sjafri tampaknya meminta para pemainnya tenang. Kala itu, Indonesia sementara unggul 2-1 atas Vietnam dan sudah kehilangan satu pemain. 

Cooling break menjadi momen pelatih Sjafri untuk memberikan instruksi para pemain agar tak terprovokasi dengan permainan Vietnam. Hal itu cukup menguntungkan bagi mentalitas Indonesia. 

Kendati Indonesia kemudian kebobolan karena gol bunuh diri, paling tidak lini belakang Indonesia tak kehujanan banyak gol. Bahkan, Indonesia mampu mencetak gol kemenangan di injury time.

Untuk itu, cooling break sangat bermanfaat untuk pelatih dalam mengatur ritme permainan tim sekaligus menguatkan mentalitas para pemain. Bahkan, cooling break itu mengganggu dan menurunkan intensitas permainan lawan.  

Dengan demikian, cooling break bisa menjadi nilai plus bagi pelatih memotivasi para pemainnya. 

Salam Bola 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun