Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Atlet Naturalisasi di SEA Games 2023, Beri Kejutan dan Bangun Daya Saing yang Timpang

12 Mei 2023   19:15 Diperbarui: 13 Mei 2023   06:51 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi SEA Games 2023. Foto: Humas PBESI via Kompas.com

Sudah sepakan pesta olahraga se-Asia Tenggara, SEA Games berlangsung di Kamboja. Dinamika perolehan medali kerap berubah dari hari ke hari. Sejauh ini, masih belum pasti kontingen mana yang pasti keluar sebagai juara umum lantaran tak ada tim yang begitu mendominasi dalam hal perolehan medali. 

Banyak cerita yang terjadi selama peristiwa SEA Games 2023. Salah satunya adalah pengaruh pemain naturalisasi.

Berstatuskan sebagai tuan rumah, Kamboja tak luput dalam urusan perekrutan pemain naturalisasi. Salah satu cabang yang begitu kentara di cabang bola basket. 

Tak tanggung-tanggung, tuan rumah mampu mengalahkan raja basket di Asia Tenggara, Filipina. Dua kali Filipina dicundangi oleh Kamboja dalam pertandingan bola basket. 

Pada kesempatan pertama, Filipina gagal meraih medali emas di cabang basket 3 lawan 3 di kategori laki-laki. Dalam prediksi umum, emas untuk cabang olahraga basket kategori 3 lawan 3 kerap menjadi langganan Filipina. 

Namun, tak disangka Kamboja memainkan tiga pemain naturalisasi. Filipina yang digadang-gadang bisa meraih medali emas tunduk dari Kamboja. Di cabang wanita, kendati memainkan pemain naturalisasi, Kambajo kalah dari Filipina dan meraih medali perak. 

Situasi yang sama di cabang basket 5 lawan 5. Secara mengejutkan, Filipina kembali ditundukan oleh Kamboja dengan skor 79-68. Sejarah pertama untuk Kamboja karena bisa mengalahkan Filipina yang secara tradisi merupakan tim terkuat di Asia Tenggara.

Filipina, memang, menurunkan tiga pemain naturalisasi. Dua pemain naturalisasinya memiliki darah keturuanan Filipina. Akan tetapi, kekuatan yang dimiliki Filipina tak kuat meladeni permainan pemain naturalisasi asal Kamboja.  

Dalam komposisi skuad yang dipakai Kamboja kala bermain kontra Filipina, Kamboja hanya memanfaatkan tujuh orang pemain dan 6 dari pemain tersebut adalah pemain naturalisasi. Artinya, tim Filipina menghadapi para tim yang hanya dihuni oleh pemain naturalisasi.  

Situasi itu merumitkan Filipina apabila mau melaju ke babak selanjutnya. Paling tidak, Filipina perlu mengalahkan Singapura jika mau melaju ke babak semifinal. 

Pada satu sisi, situasi yang terjadi di SEA Games ini mengubah peta persaingan untuk kompetesi-kompetesi tertentu. Gegara penggunaan pemain naturalisasi, persaingan menjadi tak monoton atau pun tak gampang diprediksi. 

Hal itu membuka mata tentang kekuatan yang sementara dibangun oleh negara-negara lain di Asia Tenggara. Ternyata, dengan proses naturalisasi, sebuah kontingen dari negara tertentu bisa bersaing kuat. 

Di sisi lain, hal itu juga ikut mengancam daya saing. Hanya demi prestasi dan mengejar target emas, negara tertentu perlu melakukan naturalisasi atlet-atlet asing. Tentu saja, itu mematikan bibit-bibit atlet di dalam negeri.

Tak masalah, ketika prosesnya berjalan ketat dan dalam proses yang cukup panjang. Menjadi persoalan, ketika proses naturalisasi itu dibuat dalam jangka waktu yang cepat dan demi kepetingan untuk mengejar prestasi dan medali di SEA Games.

Akibatnya, daya saing menjadi tak sehat. Alasannya, umumnya atlet-atlet naturalisasi adalah mereka yang sudah ditempah dengan cukup baik dan mempunyai kualitas terbaik. 

Ketika mereka menghadapi atlet-atlet yang nota bene terlahir dan secara terbentuk dari konteks wilayah Asia Tenggara umumnnya, hal itu tentu menimbulkan gap yang cukup besar. Dalam mana, atlet-atlet yang terbentuk dari konteks Asia Tenggara bisa saja gampang tunduk dengan kualitas atlet-atlet naturalisasi yang dibentuk di Eropa atau pun Amerika Serikat. 

Tentu saja, menaturalisasi atlet tertentu tak lepas dari faktor keuangan yang mencukupi. Tanpa keuangan finansial yang kuat, proses naturalisasi bisa tak terjadi dalam jangka waktu yang cepat. 

Selain itu, hal itu menghilangkan semangat saling belajar di antara kontingen. Bagaimana bisa belajar apabila yang diturunkan oleh kontingen tertentu terdiri dari para pemain naturalisasi. 

Padahal, kalau pemain asli asal negara tertentu yang meraih sukses, kontingen dari negara lain pasti mau belajar dari kesuksesan tersebut. Namun, kalau kesuksesannya karena faktor pemain naturalisasi, malah yang terjadi adalah sinis karena komposisi atlet naturalisasi. 

Memang, sulit dihindari bahwa keberadaan atlet-atlet naturalisasi memberikan dampak tertentu pada persaingan di sebuah kompetesi. Atlet-atlet lokal bisa saja kalah bersaing dan kompetesi pun bisa menjadi timpang karena faktor kualitas yang dihadirkan oleh para pemain naturalisasi. 

Salam 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun