Real Madrid meraih kemenangan meyakinkan (2-0) saat menjamu Chelsea dalam leg pertama babak perempat final Liga Champions (13/4/23). Lagi-lagi Karim Benzema menjadi salah satu pahlawan untuk Madrid.
Pemain asal Perancis ini mencetak satu gol. Gol itu pun menyejajarkan Benzema dengan Erling Haaland yang sudah mempunyai 18 gol sejak jedah Piala Dunia 2022.
Satu Gol El Real dicetak oleh Marco Asensio di menit ke-74. Gol itu tercipta memanfaatkan situasi Chelsea yang mana B. Chilwel sudah mendapat kartu merah.
Bermain di depan pendukungnya sendiri, Madrid mendominasi atas tamunya. Tercatat Madrid menguasai 57 persen laga dengan jumlah 18 tembakan ke gawang Chelsea. Beruntung bagi Chelsea hanya kebobolan dua gol.
Dua gol di Santiago Bernabeu membuka peluang besar untuk Madrid melaju ke babak selanjutnya. Rasanya sulit bagi Chelsea membalikan keadaan apabila menimbang performa Madrid kala bermain di kandang lawan.
Madrid terbilang sebagai tim yang tak gentar kala bermain di kandang lawan. Liat saja bagaimana Madrid mengalahkan Liverpool (5-2) di Anfield pada babak 16 besar Liga Champions pada musim ini.
Lalu, sepekan yang lalu, Madrid melakukan drama come back kala bertandang ke stadion rival abadi Barcelona di leg kedua Copa del Rey. Tak tanggung-tanggung, Madrid menghantam Barca dengan 4 gol tanpa balas.
Dua performa ini menjadi contoh bahwa situasi Chelsea cukup rumit. Kesempatan untuk membalikan keadaan terlihat sempit. Madrid bukanya tim "demam panggung" kala bermain di kandang lawan.
Ditambah lagi faktor Pelatih  Carlo Ancelotti. Ancelotti sudah mempunyai pengalaman melatih Chelsea dan pandai dalam mengontrol permainan timnya.
Taktik pragmatis dipadukan dengan semangat para pemain membuat permainan Madrid kerap mengejutkan lawan. Selain itu, kematangan menjadi salah satu faktor performa konsisten Madrid di Liga Champions sejak dilatih Ancelotti.
Ancelotti sudah makan garam di Liga Champions. Hal itu digenapi oleh keberadaan beberapa pemain veteran yang sudah pernah meraih trofi Liga Champions Eropa. Bahkan beberapa pemain veteran itu sudah pernah empat sampai lima kali merengkuh trofi Liga Champions.
Hal itu menguatkan mentalitas Madrid kala bermain di Liga Champions. Makanya, sangat sulit untuk begitu saja menghilangkan Madrid dari daftar Tim favorit peraih trofi musim ini.
Kemenangan Madrid seperti mengbungkam mulut pemilik Chelsea, Todd Boehly. Sebelum laga kedua tim terjadi, Boehly merasa yakin bahwa timnya akan mengalahkan Madrid dengan skor 3-0.
Situasi malah berbanding terbalik. Chelsea malah dihantam Madrid dan peluang untuk maju ke semifinal untuk Chelsea makin sempit.
Sebenarnya kepercayaan diri Boehly tak berada pada waktu yang tepat. Chelsea masih dalam performa terburuk walau melakukan pergantian pelatih.
Selain belum menemukan permainan terbaiknya, Chelsea masih beradaptasi dengan taktik pelatih interim Frank Lampard. Adaptasi itu tak berjalan mulus. Terbukti, Lampard meraih dua kekalahan dari dua laga perdananya dengan Chelsea.
Boehly yang sudah memecat dua pelatih sejak pengambilalihan kepemilikan dari tangan Roman Abramovic terlihat masih belum memberikan optimisme besar untuk Chelsea.Â
Pengusaha asal Amerika Serikat itu memang royal dalam urusan belanja pemain. Namun, pemilihan pelatih masih membuat banyak orang mengeryitkan dahi, seperti kembalinya Lampard di kursi pelatih Chelsea.
Dengan ini, Boehly masih belum mengikuti jejak Abramovic yang royal mengganti pelatih tetapi efeknya cukup besar. Pasalnya hampir semua pelatih baru di era Abramovic mampu memberikan gelar untuk Chelsea. Makanya, pergantian pelatih Abramovic kerap didukung karena efeknya cukup positif untuk Chelsea.
Namun, di era Boehly efeknya berjalan terbalik. Chelsea makin terpuruk. Pemilihan dan pergantian pelatih seperti tanpa arah yang jelas.
Makanya, selain kemenangan Madrid membungkam mulut Boehly, juga hal itu mengungkapkan kelemahan manajemen Chelsea di era Boehly.
Lebih jauh, kekalahan itu menambah petaka untuk Lampard. Lampard yang dikontrak hingga akhir musim menghadapi masa sulit.
Di laga perdananya sebagai pelatih kontra Wolves di Liga Inggris, Lampard menghadapi kekalahan 0-1. Tiga hari setelahnya, Chelsea kembali mendapatkan kekalahan di Liga Champions.
Dua laga dengan dua kekalahan menjadi petaka untuk mantan pemain Chelsea tersebut. Lampard ternyata bukan solusi instan untuk  mengeluarkan Chelsea dari keterpurukan.
Chelsea yang bertabur bintang ini membutuhkan pelatih yang cocok untuk meramu para pemain. Selain itu, kelemahan Chelsea adalah lini depan.
Lampard tak mempunyai striker murni. Setelah Kai Havertz gagal bersinar pekan lalu kontra Wolves, Lampard coba menduetkan R. Sterling dan J. Felix di lini depan. Keduanya ditopang oleh lima gelandang, termasuk menurunkan N'golo Kante.
Upaya itu gagal total  Felix dan Sterling kurang mengancam lini belakang Madrid. Tercatat Chelsea hanya mencatatkan 7 tembakan dengan 3 yang tepat sasar. Lalu, Chelsea lebih banyak melakukan tembakan spekulasi dari luar garis 16.
Kekalahan dari Madrid menyempitkan peluang Chelsea lolos ke babak selanjutnya. Boehly bungkam dann Lampard mendapat petaka tambahan dalam upayanya untuk membuktikan diri di kesempatan kedua sebagai pelatih Chelsea.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H