Tujuannya agar bermain lebih efektif dan bisa mencetak gol. Terbukti, dalam 22 menit, Alvarez mencatat dua tembakan ke gawang. Dua gol tambahan juga tercipta.
Selain itu, Man City mampu meredamkan Muenchen dengan memainkan dua gelandang jangkar. John Stone diduetkan dengan Rodri di lini tengah.
Peran Stone bukanlah langkah baru. Sebelumnya, Guardiola juga pernah memainkan Stone sebagai gelandang jangkar dan hal itu berjalan sukses.
John Stone memainkan dua peran sekaligus. Membantu dalam urusan kontrol lini tengah dan bersamaan berperan sebagai bek. Hal ini menyulitkan Muenchen melakukan penetrasi ke daerah pertahanan Man City.Â
Guardiola rupanya melangkahi taktik idealnya, yang mana Guardiola lebih suka mendominasi laga. Bahkan Guardiola sering menumpuk gelandang serang namun lini belakang gampang terekspos.
Kali ini, Man City bermain agak taktis. Tak perlu mendominasi tetapi lebih bermain efektif.
Selain itu, peran Erling Haaland juga merumitkan lini belakang Muenchen. Pemain yang mencetak 1 gol dalam laga kontra Muenchen ini mempunyai kelihaian dalam menempatkan posisi di antara para bek Muenchen. Akibatnya, konsentrasi bek Muenchen juga agak terganggu.
Untuk Haaland, hasil laga kontra terasa special. Untuk pertama kakinya, Haaland merasakan kemenangan kala bermain kontra Muenchen.
Kemenangan meyakinkan Man City bisa mempertegas jalan Man City ke partai Semifinal. Di leg kedua, situasi terlihat makin formil andaikata Man City tetap memainkan taktik yang sama di Allianz Arena.
Inter Milan Bermain Aman.Â
Di markas Benfica, Inter bermain solid. Benfica yang tampil agresif di depan pendukungnya sendiri gagal menembus barisan pertahanan Inter.