Bukan lagi rahasia jika reputasi dan kualitas Ronaldo telah melekat kuat di dalam tubuh timnas Portugal. Selama lebih dari satu dekada terakhir sangat sulit untuk meminggirkan begitu saja pemain yang pernah bermain di Real Madrid dan Juventus dari skema permainan timnas.
Kemampuan Ronaldo tak bisa diragukan. Berstatuskan sebagai salah satu pemain terbaik di dunia, Ronaldo menjadi tokoh sentral dari permainan Portugal.Â
Walau demikian, faktor usia tak bisa ditolak. Kualitas ikut menurun dan tak sesuai dengan tuntutan tim.Â
Tuntutan laga tak lagi sepenuhnya terjawab oleh kualitas seorang Ronaldo. Memaksakan Ronaldo yang tak tampil konsisten menjadi bagian dari skema tim malah bisa membungkam kualitas para pemain lainnya.
Ketika Ronaldo dicadangkan, pemain lain tampil gemilang. Malahan, Portugal tampil sebagai tim yang kuat dan bisa mencemaskan tim-tim lawan.
Sebenarnya, keputusan Santos taklah baru. Manajer Manchester United (MU), Erik Ten Hag melakukan cara ini sejak mengambil alih tugas sebagai pelatih di MU.
Ronaldo tak lagi menjadi pilihan di lini depan MU. Akibatnya, MU tetap tampil konsisten, dan ketika Ronaldo dimainkan performa Ronaldo tak begitu meyakinkan.
Sama halnya, di 20 menit terakhir tatkala Ronaldo dimasukan sebagai pemain pengganti. Ronaldo gagal menunjukkan performa terbaik.Â
Hasil positif saat Portugal menundukan Swiss kian menunjukkan keterlepasan Portugal dari ketergantungan pada Ronaldo.Â
Walau ketergantungan itu perlahan dilepaskan, suporter Portugal tak begitu saja melepaskan diri dari keterikatan mereka pada Ronaldo.Â
Tampaknya para suporter meneriakan nama Ronaldo. Tak heran, para suporter Portugal bersorak ria saat Ronaldo memasuki lapangan.Â