Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pengaruh Anak-anak Buangan dan Cara Arsenal Jaga Konsistensi

21 Agustus 2022   21:12 Diperbarui: 21 Agustus 2022   21:24 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Arsenal merayakan gol ke gawang Bournemouth. Foto: Getty Images via AFP/Alex Davidson via Kompas.com


Sejauh ini, Arsenal meraih tiga kemenangan dari tiga laga di Liga Inggris musim 2022/23 ini. Pencapaian ini berbanding 180 derajat dengan catatan negatif di musim lalu, di mana pasukan Mikel Arteta meraih kekalahan di tiga laga pertama.

Arsenal melanjutkan konsistensi yang ditunjukan selama laga uji coba selama pramusim. Selama uji coba pramusim, Arsenal menjadi satu-satunya tim di Liga Inggris yang meraih kemenangan 100 persen.

Ini bisa menunjukkan bahwa Mikel Arteta sudah menemukan formula yang tepat dalam meramu skuadnya yang dihuni oleh banyak pemain baru.

Pada jendela transfer pemain musim ini, Arteta berhasil mendapatkan 5 pemain baru. 5 pemain baru itu dikombinasikan dengan skuad sebelumnya, yang nota bene juga baru semusim berseragam Arsenal.

Hasilnya cukup meyakinkan. Skuad Arsenal tampil meyakinkan. Bahkan performa Arsenal memberi sinyal tentang peluangnya sebagai penantang serius sebagai salah satu peraih trofi Liga Inggris musim ini.

Memang terlalu dini untuk menilai kesuksesan Arsenal. Musim kompetesi masih panjang. Masih banyak laga yang akan dilakonkan Arsenal, dan kekuatan skuad Arsenal belum teruji dengan tim-tim mapan sekelas Liverpool, Manchester City, Chelsea, dan bahkan Tottenham Hotspur.

Terlepas dari tantangan Arsenal ketika bersua dengan klub-klub kuat, paling tidak Arsenal mulai menunjukkan diri sebagai tim yang tak gampang tunduk, terlebih khusus dengan tim-tim penghuni papan tengah klasemen.

Arsenal tampak tampil beringas ketika bertemu dengan tim-tim papan tengah. Catatan serangan Arsenal makin meningkat. Kerja sama tim yang umumnya dihuni oleh para pemain muda pun makin apik.

Hal ini tak lepas dari peran beberapa pemain baru, termasuk Martin Odegaard yang dipermanenkan Arsenal musim lalu, dan Gabriel Jesus yang dibeli dari Manchester City di jendela transfer musim ini.

Kedua pemain ini seperti anak buangan di klub sebelumnya. Odegaard sempat dinilai sebagai "Messi-nya Norwegia", dan karena ini Madrid pun sempat bersaing ketat dengan Barca untuk mendapatkan Odegaard.

Namun, karir Odegaard di Madrid tak begitu mulus. Karena tak mendapat tempat regular, Odegaard dipinjamkan ke beberapa klub. Selama masa peminjaman, kapten baru Arsenal ini tampil gemilang, dan dipulangkan ke Madrid.

Akan tetapi, nasibnya tetap sama. Tempatnya di Madrid tak begitu pasti. Odegaard kalah bersaing dengan gelandang-gelandang veteran seperti Toni Kroos, Casemiro, dan Luka Modric.
Hingga Odegaard di pinjamkan di Arsenal. 

Rupanya, Arteta mencium kualitas yang dimiliki oleh Odegaard.

Arsenal kemudian memutuskan untuk mempermanenkannya Odegaard sejak musim lalu.

Sebenarnya, Odegaard tak bermasalah dengan kualitasnya. Hanya saja, Odegaard tak begitu cocok dengan sistem tiga gelandang yang diterapkan dalam permainan Madrid. Perannya tak terlalu bebas. 

Dalam dua laga terakhir kontra Leicester City dan Southampton, Odegaard ditempatkan di belakang striker utama, Gabriel Jesus.

Perannya begitu bebas untuk mengatur serangan, menerima bola dari para gelandang, dan bahkan melakukan tembakan ke gawang lawan. Peran ini sangat cocok dengan Odegaard.

Dua gol Odegaard merupakan bukti dari kecocokan antara posisi dan kualitas dari Odegaard.

Odegaard seolah mengingatkan kita pada peran Mezut Ozil di Arsenal, yang tak hanya pandai mengatur aliran bola, tetapi juga pandai untuk mencetak gol ke gawang lawan.

Madrid seolah membuang Odegaard. Arsenal mendapatkannya dan berhasil menemukan performa terbaiknya. Tak tanggung-tanggung, Arsenal memberikan ban kapten untuk Odegaard musim ini.  

Sama halnya dengan Gabriel Jesus, yang seolah terbuang oleh Manchester City. Di Man City, Jesus selalu mendapat tempat kedua di dalam skema permainan Pep Guardiola di lini depan.

Kendati Man City kehilangan Sergio Aguero, Gabriel Jesus tak begitu dilirik dengan serius. Malahan, Jesus tetap mendapat tempat kedua, cenderung di tempatkan di bagian sisi kiri atau kanan, dan bahkan kalah bersaing dengan R. Mahrez, P. Foden, hingga Kevin de Bruyne di lini depan.

Menariknya, ketika Jesus diturunkan oleh Guardiola, pemain asal Brasil ini mampu memberikan performa terbaiknya.

Pinangan dari Arsenal merupakan berkah untuk Jesus dan sekaligus kesempatan untuk membuktikan diri. Di Arsenal, Jesus mendapatkan tempat yang memang cocok untuk kualitas yang dimilikinya.

Dalam dua laga terakhir, Jesus dimainkan sebagai striker utama di lini depan Arsenal. Peran ini cocok untuk Jesus yang mempunyai kecepatan, dan lihai membaca umpan-umpan rekan setimnya.

Gol pertama Arsenal merupakan buah dari penetrasi Jesus. Jesus mengocek beberapa pemain Bournemouth sebelum memberikan umpan ke Martinelli. Tendangan Martinelli dihalau kiper Bournemouth, dan bola jatuh tepat di kaki Odegaard.

Jesus berhasil memberikan warna pada lini depan Arsenal. Tak sedikit pun yang melihat sosok Thiery Henry dari gaya dari pemain timnas Brasil itu.

Jesus yang seolah terbuang dalam skema permainan di Man City bangkit dan menunjukkan kemampuan terbaiknya di Arsenal.

Tak ayal, harga dari pemain yang sudah mencatatkan 2 gol dan 3 assist di Liga Inggris pun dipandang terlalu rendah apabila dibandingkan dengan kualitas yang dia sedang tunjukan bersama Arsenal.

Arsenal tampil konsisten berkat para pemain yang tampak tak terpakai di klub sebelumnya. Salah satu cara Arteta adalah menemukan formulasi dan skema permainan yang cocok dengan kualtias yang mereka miliki.

Baik Odegaard maupun Jesus mempunyai kekebasan dalam skema permainan Arteta. Mereka tak dibatasi oleh kualitas pemain lain. Alhasil, Arsenal mendapatkan keuntungan besar dari pemain yang bisa dinilai terbuang di klub sebelumnya.

Belum lagi, kemampuan Oleksandr Zinchenko di lini kiri Arsenal. Zinchenko juga kurang mendapat peran utama di lini kiri Man City.

Karena tak puas dengan Zinchenko, Guardiola mencari bek kiri lain dan Zinchenko pun melihat pinangan Arsenal sebagai kesempatan emas. Kedatangan bek kiri baru bisa meminggirkan pemain timnas Ukraina ini.

Sebagaimana Odegaard dan Jesus, Zinchenko pun menjadi andalan Arsenal di sisi kiri pada tiga laga perdana Arsenal di Liga Inggris.

Arsenal menjalani tiga laga dengan performa dan hasil yang meyakinkan. Akan tetapi, apa yang ditunjukan itu tak menjadi jaminan menuju puncak juara.

Salah satu cara agar Arsenal tetap mempertahankan level konsistensinya adalah tetap menjaga kepercayaan diri para pemain. Umumnya, penghuni skuad Arsenal berusia muda. Bahkan kapten tim, Odegaard baru berusia 23 tahun.

Rata-rata usia pemain arsenal berada pada kisaran 24.7 tahun. Dalam laga kontra Bournemouth, pemain yang tertua adalah Thomas Partey (29 tahun) dan Granit Xhaka (29 tahun). Selebihnya, Arsenal diperkuat oleh darah-darah muda.

Para pemain muda ini harus tetap menjaga kepercayaan diri, tak hanya ketika mereka menang, tetapi juga saat menghadapi kekalahan. Cepat atau lambat, kekalahan bisa menghampiri Arsenal.

Kekalahan sekiranya tak meruntuhkan mentalitas para pemain, tetapi menjadi daya pacu untuk bangkit dan kembali ke performa terbaik.

Terlebih lagi saat bersua dengan tim-tim kuat. Liverpool dan Man City mempunyai skuad yang mapan karena sudah teruji bersama pelatih yang sama selama lebih dari 4 musim.

Kekuatan dua tim ini akan menjadi ujian yang sesungguhnya untuk pasukan Arteta yang baru terbentuk satu musim terakhir. 

Mentalitas tim belum teruji secara total. Karenanya, Arsenal harus siap sedia menghadapi tim-tim kuat di Liga Inggris.

Menjaga kepercayaan diri tim, sebagaimana yang ditunjukkan di tiga laga perdana di Liga Inggris akan menjadi kunci bagi Arsenal melaju ke panggung juara Liga Inggris. 

Tanpa itu, performa Arsenal bisa menghadapi situasi rumit, yang mungkin serupa ungkapan "hangat-hangat tahi ayam."

Dengan kata lain, Arsenal hanya tampil meyakinkan di awal musim, namun kemudian melempem bersamaan dengan perjalanan kompetesi.

Tentu saja, Arsenal tak mau situasi itu terjadi. Makanya, kepercayaan tim harus tetap terjaga. 

Juga, sebagaimana yang diingatkan oleh pelatih Mikel Arteta dan kapten tim Odegaard, Arsenal sekiranya tetap rendah hati. Hasil tiga laga sekiranya tak membuat pemain lengah dan menganggap enteng lawan. Setiap laga harus dihadapi dengan keseriusan dan kewaspadaan.  

Salam Bola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun