Namun, karir Odegaard di Madrid tak begitu mulus. Karena tak mendapat tempat regular, Odegaard dipinjamkan ke beberapa klub. Selama masa peminjaman, kapten baru Arsenal ini tampil gemilang, dan dipulangkan ke Madrid.
Akan tetapi, nasibnya tetap sama. Tempatnya di Madrid tak begitu pasti. Odegaard kalah bersaing dengan gelandang-gelandang veteran seperti Toni Kroos, Casemiro, dan Luka Modric.
Hingga Odegaard di pinjamkan di Arsenal.Â
Rupanya, Arteta mencium kualitas yang dimiliki oleh Odegaard.
Arsenal kemudian memutuskan untuk mempermanenkannya Odegaard sejak musim lalu.
Sebenarnya, Odegaard tak bermasalah dengan kualitasnya. Hanya saja, Odegaard tak begitu cocok dengan sistem tiga gelandang yang diterapkan dalam permainan Madrid. Perannya tak terlalu bebas.Â
Dalam dua laga terakhir kontra Leicester City dan Southampton, Odegaard ditempatkan di belakang striker utama, Gabriel Jesus.
Perannya begitu bebas untuk mengatur serangan, menerima bola dari para gelandang, dan bahkan melakukan tembakan ke gawang lawan. Peran ini sangat cocok dengan Odegaard.
Dua gol Odegaard merupakan bukti dari kecocokan antara posisi dan kualitas dari Odegaard.
Odegaard seolah mengingatkan kita pada peran Mezut Ozil di Arsenal, yang tak hanya pandai mengatur aliran bola, tetapi juga pandai untuk mencetak gol ke gawang lawan.
Madrid seolah membuang Odegaard. Arsenal mendapatkannya dan berhasil menemukan performa terbaiknya. Tak tanggung-tanggung, Arsenal memberikan ban kapten untuk Odegaard musim ini. Â
Sama halnya dengan Gabriel Jesus, yang seolah terbuang oleh Manchester City. Di Man City, Jesus selalu mendapat tempat kedua di dalam skema permainan Pep Guardiola di lini depan.