Ancelotti sulit meyakinkan Casemiro untuk bertahan. Tampak tak berdaya di hadapan niat dan impian si pemain.
Hanya saja, Ancelotti tak mengerti kenapa Casemiro memilih tim yang berlaga di Piala Eropa dan meninggalkan Madrid yang bermain di Liga Champions.
Tekad Casemiro angkat kaki dari Santiago Bernabeu sudah bulat. 18 trofi, termasuk 5 trofi Liga Champions selama 9 musim berseragama Los Blancos sudah cukup membuat Casemiro pergi sebagai legenda Madrid.
Bahkan dalam ucapan perpisahannya, Casemiro yang sudah membela Madrid lebih dari 300 laga ini menilai Real Madrid sebagai rumah sembari berharap untuk kembali ke Madrid di kemudian hari.
Walau Ancelotti masih mempunyai segudang gelandang berkualitas, peran Casemiro pasti dirindukan. Kecuali kalau pemain yang dipandang sebagai pengganti natural Casemiro, Aurelien Tchouameni langsung tampil gemilang. Jejak Casemiro bisa terhapus dari pola permainan Madrid.
Kalau tidak, kepergian Casemiro akan menjadi lubang yang sekaligus melemahkan taktik Ancelotti pada musim ini.
Di balik ketakberdayaan Ancelotti meyakinkan Casemiro untuk bertahan, di satu sisi Florentino Perez kembali menunjukkan naluri bisnisnya.
Tak tanggung-tanggung, Madrid harus menerima 60 juta euro untuk Casemiro yang sudah berusia 30 tahun ini. Harga yang terbilang besar untuk beberapa pihak.
Legenda MU, Rio Ferdinand, kendati mengakui kualitas Casemiro, dia juga menilai harga yang diberikan untuk Casemiro terlalu besar.
Selain dari sisi usia, faktor perbedaan iklim klub dan kompetisi belum tentu melancarkan proses adaptasi Casemiro di MU dan di Inggris.
Dari sisi situasi MU, Casemiro seolah masuk ke tim yang sementara terluka parah. Dua kali kalah dari dua laga perdana di Liga Inggris. Pada pekan ke-3, MU menjamu Liverpool di Old Trafford. Kekalahan akan mengoleskan luka MU lebih dalam.