Persentasinya cukup besar. Bukan tak mungkin, karena begitu besar berita yang tersebar, pikiran pembaca juga terjebak pada pola pikir yang salah.
Hal yang sama juga dengan berita motif pembunuhan Brigadir J yang direncanakan dan dilakukan oleh Irjen Ferdy Sambo.Â
Beberapa pekan terakhir media di tanah air gencar memberitakan kasus kematian Brigadir J. Ketika Irjen FS sudah dinyatakan sebagai tersangka, hal selanjutnya yang dinantikan adalah motif dari pelakuk.
Sejauh ini, tak ada motif yang pasti dan jelas keluar dari penyidik.Â
Umumnya yang keluar di media adalah kata-kata dari orang-orang penting yang menyelediki dan mempunyai informasi kuat tentang kasus ini. Namun, kata-kata mereka masih penuh klise dan mengundang pelbagai macam tafsiran.
Misalnya, Irjen FS sendiri mengakui bahwa apa yang dilakukannya itu terjaddi karena Brigadir J telah melukai harkat dan martabat keluarganya.Â
Sementara itu, Menko Pohulkam juga menyatakan bahwa motif kasus pembunuhan itu lebih cocok untuk dibicarakan dengan orang dewasa.Â
Apa yang tersampaikan itu tak memberikan penjelasan tentang motif yang sesungguhnya. Akibatnya, banyak pihak yang bertanya-tanya dan mengupas apa yang tersampaikan itu.Â
Menjadi tantangan ketika apa yang ditafsir dan diolah itu berdasarkan tafsiran lepas atau pun tafsiran pribadi. Jadinya, motif sesungguhnya yang belum terungkap secara terang bederang bisa menjadi kabur, dan yang muncul adalah opini baru, namun sangat melenceng jauh dari apa yang sesungguhnya terjadi.Â
Di tengah situasi seperti ini, sebenarnya kita perlu merem diri untuk tak berspekulasi liar tentang sebuah peristiwa. Agar tak berspekulasi tanpa data, sebaiknya kita menantikan apa yang disampaikan oleh pihak-pihak yang terlibat, seperti pelaku, penyidik, dan para saksi.Â
Lebih jauh, kita juga menantikan penyelidikan yang memang harus terbebaskan dari kepentingan tertentu.Â