Keberhasilan Atletico bukannya tanpa pengorbanan. Atletico juga berani belanja besar-besaran seperti membeli Joao Felix di tahun 2019 dengan harga 120 juta Euro dari Benfica.
Keberhasilan Atletico ini memberikan warna tersendiri untuk La Liga Spanyol. Dominasi Barca dan Madrid bukanlah hal yang mustahil untuk diruntuhkan.Â
Nama Atletico pun terangkat. Wajah La Liga ikut mendapat pandangan positif. Tak sedikit yang mulai menyebut jika La Liga Spanyol adalah kompetesi tiga klub dan bukan lagi dominasi duo Madrid-Barca.Â
Sebenarnya, keberhasilan Atletico juga didukung oleh kondisi Madrid dan Barca.Â
Misalnya, dua musim lalu ketika Atletico juara La Liga Spanyol, Â dan Madrid yang masih dilatih oleh Zinadene Zidane mengalami situasi sulit dengan skuadnya.
Minimnya pemain baru yang masuk membuat Zinadene Zidane terlihat kehilangan ide untuk mengembangkan permainan tim. Akhir musim, Madrid tanpa gelar.Â
Efek lanjutnya, Zidane memilih pergi meninggalkan Madrid karena tak sepaham dengan presiden klub, Florentino Perez dalam hal transfer pemain.
Menariknya, Carlo Ancelotti diwarisi skuad yang persis sama ditinggalkan oleh Zidane. Kendati demikian, Ancelotti malah antusias untuk bekerja sama dengan pemain veteran.
Ternyata bukan faktor usia pemain yang menentukan kesuksesan, taktik dan strategi tim menjadi hal yang sangat penting. Terbukti, Ancelotti berhasil membawa Madrid sebagai juara Liga Champions dan La Liga Spanyol.
Musim ini, Madrid masih memiliki wajah yang persis sama dengan musim lalu. Hanya menguatkan dan menyulam posisi tertentu. Antonio Rudiger dari Chelsea menguatkan lini belakang dan Aureien Tchouamen menambah lini tengah.
Ketika Madrid berhasil meraih juara di dua kompetesi berbeda pada musim lalu, rival abadinya Barca harus gigit jari. Barca tak mendapatkan satu pun gelar juara.Â