Malam ini WIB (30/7/22) akan berlangsung laga Community Shield di Stadion King Powere antara Manchester City yang berstatuskan juara Liga Inggris dan Liverpool yang berstatuskan juara Piala FA pada musim lalu.Â
Tak bisa dipungkiri jika duel ini sarat dengan persaingan, baik karena yang sudah terjadi di musim-musim sebelumnya, maupun yang akan berlangsung di musim yang akan datang.Â
Maka dari itu, duel ini bisa memberikan efek dan gambaran untuk hegemoni kedua tim pada kompetesi Premier League musim 2022/23. Kompetesi Liga Inggris akan dibuka pekan depan, 6 Juli 2022.Â
Jendela transfer pemain belum tutup. Masih bisa ada pembaharuan dan perubahan skuad di setiap tim Liga Inggris.Â
Kendati demikian, Man City dan Liverpool terlihat lebih siap untuk menghadapi musim kompetesi 2022/23. Kendati kedua tim tak begitu tampil mencolok di laga-laga uji coba pramusim, pergerakan kedua tim di jendela transfer pemain dan rekam jejak kedua tim di beberapa musim terakhir menjadi salah satu acuan mendasar.Â
Memang, beberapa tim melakukan pembenahan secara besar-besaran. Tottenham Hotspur dan Arsenal terbilang sebagai dua tim yang royal dalam belanja pemain.Â
Tak tanggung-tanggung, pelatih Tottenham Antonio Conte berhasil menguatkan skuadnya dengan 6 pemain baru: Richarlison Yves Bissouma, Ivan Perisic, Djed Spence, Fraser Foster, dan Clemet Lenglet.Â
Arsenal juga tak mau kalah dari Tottenham. Mikel Arteta beruntung karena bisa meyakinkan Gabriel Jesus, Oleksandr Zinchenko, dan Fabio Viera.Â
Artinya, kedua tim asal kota London ini mau menantang hegemoni Man City dan Liverpool pada musim lalu.Â
Manchester United (MU) yang sudah dipegang oleh pelatih baru, Erik Ten Hag tak mau ketinggalan kereta. Sejauh ini, Ten Hag berhasil mendapatkan tiga pemain baru: Lisandro Martinez, Christian Eriksen, dan Tyrell Malacia.Â
Tantangan MU adalah masih belum berhasil mendapatkan Frenkie de Jong dari Barcelona dan dilema Christiano Ronaldo yang berniat mau pergi dari MU. Dengan ini, Ten Hag pun harus membetulkan situasi ruang ganti, memperbaiki mentalitas tim, hingga membangun filosofi permainan tim yang jelas dan pasti. Â
Walau ada tim-tim di Liga Inggris yang melakukan langkah besar-besaran untuk melakukan perombakan, mereka juga harus bekerja ekstra keras untuk menyaingi kualitas yang dimiliki oleh Man City dan Liverpool.Â
Paling tidak, ada beberapa alasan yang yang membuat Man City dan Liverpool tetap berjaya dan mendominasi di Liga Inggris.Â
Pertama, Faktor pelatih.
Man City dan Liverpool beruntung mempunyai pelatih yang mampu menciptakan identitas untuk tim. Pep Guardiola di Man City dan Jurgen Klopp di Liverpool.Â
Pep Guardiola yang identik dengan permainan dari kaki ke kaki berhasil membangun permainan Man City yang dominan dalam menguasai bola. Dominasi ini dibarengi dengan kreativitas memecah pertahanan lawan dan produktivitas lini depan. Â
Gaya Guardiola ini juga selaras dengan pilihan pemain di jendela transfer. Guardiola memilih pemain yang cekatan dalam mengontrol dan memengang bola.Â
Barangkali situasi agak berbeda dengan kehadiran Erling Haaland di lini depang. Pola permianan ini sedikit dipoles dengan serangan cepat dan langsung ke area pertahanan lawan dengan memanfaatkan efektivitas Haaland.Â
Sementara itu, Liverpool pasti tetap mempertahankan pemain gegenpressing ala Jurgen Klopp. Lewat gaya ini, Liverpool tampil menyerang, dan suka menekan lawan.
Permainan cepat Liverpool nampak ketika setiap pemain bekerja keras untuk melakukan serangan ke lini belakang dan juga merebut bola dari lawan.Â
Hampir sama dengan Guardiola, di mana Klopp juga memilih penyerang yang memiliki naluri menyerang. Rekrutan baru seperti Darwin Nunez dan Carvalho menjadi contoh di mana Klopp akan tetap mempertahankan pola permainan menyerang di Liverpool.Â
Â
Kedua, Performa yang konsisten.Â
Baik Liverpool dan Manchester City tampil konsisten di Liga Inggris pada musim lalu. Sampai-sampai konsistensi kedua tim ini memaksa  trofi Liga Inggris ditentukan pada laga terakhir.
Konsistensi ini akan terus dipertahakan apabila menimbang peran pelatih dan kondisi skuad. Kedua pelatih sudah terbilang cukup makam garam di Liga Inggris.Â
Faktor pengalaman dan pengenalan keduanya pada situasi di sepak bola Inggris bisa membantu mereka dalam mengatur ritme tim dalam melihat prioritas yang perlu dicapai pada akhir musim.Â
Klopp dan Guardiola sama-sama sempat mengakui tuntutan berat sepak bola di Liga Inggris. Jadwal yang padat dan tuntutan kompetesi memaksi kedua pelatih putar otak dalam melihat skala prioritas untuk satu musim.Â
Kendati demikian, kedua tim tetap tampil konsisten. Ketatnya jadwal dan kompetesi bukanlah halangan.Â
Misalnya, musim lalu Liverpool hampir saja menyapu bersih empat trofi di akhir musim. Hal ini bisa terjadi karena Liverpool tampil konsisten pada setiap kompetesi yang dijalankan.Â
Situasi yang sama juga terjadi pada musim depan. Guardiola pastinya masih mau mempertahankan dominasinya di Inggris. Begitu pula, Klopp yang tolak tunduk pada kegagalan pada musim lalu.Â
Ketiga, Kedalaman Skuad.
Man City dan Liverpool mempunyai kedalaman skuad yang mumpuni. Memang, kedua tim harus merelakan beberapa pemain yang berperan penting untuk skuad.Â
Man City ditinggalkan Gabriel Jesus, Oleksandr Zinchenko, Raheem Sterling, dan Fernandinho.Â
Sementara itu, Liverpool ditinggalkan oleh Sadio Mane,  Divock Origi, dan  Takumi Minamino.Â
Secara umum, pemain yang pergi telah memberikan kedalaman skuad untuk kedua tim. Walau demikian, kedua tim juga berhasil menutup lubang yang ditingalkan dengan merekrut para pemain yang cukup menjanjikan.Â
Man City berhasil mendapatkan Alvarez, Erling Haaland, dan Kalvin Phillips. Phillips dipandang sebagai pemain yang menutup gap yang ditinggalkan oleh Fernadinho, dan Haaland dinilai sebagai striker yang sangat dinantikan Man City.Â
Sementara itu, Liverpool  mendatangkan pemain muda yang cukup menjanjikan, yakni Darwin Nunez dan Fabio Carvalho. Nunez sendiri didapuk untuk mengisi lubang yang ditinggalkan oleh Sadio Mane. Ini akan menjadi tantangan berat Nunez agar bisa menghapus bayang-bayang Mane dari Anfield.Â
Carvalho menambah edisi gelandang serang Liverpool. Pemain yang didatangkan dari Fulham ini pun sudah menarik perhatian Anfield, dan bahkan menjulukinya dengan sebutan "Coutinho baru."
Menimbang pergerakan kedua tim di musim transfer, Man City dan Liverpool berhasil membeli pemain bukan saja untuk menguatkan tim, tetapi juga menjaga kedalaman skuad untuk musim depan.Â
Di tengah tuntutan kompetesi dan persaingan yang makin kuat, setiap tim perlu mempunyai kedalaman skuad yang mumpuni agar tetap menjaga konsistensi selama satu musim.Â
Man City dan Liverpool telah membangun ini semenjak keberadaan Pep Guardiola dan Jurgen Klopp. Keduanya mempunyai filosofis permainan yang jelas, dan dengan ini keduanya terlihat fokus dalam mengidentifikasi pemain yang benar-benar cocok dengan gaya permainan tim.Â
Salam Bola Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H