Untuk konteks wilayah Flores, NTT pada umumnya, menjadi PNS adalah impian banyak orang. Tak ayal, banyak orang berpkiri bahwa tujuan berkuliah dilatari oleh pikiran untuk menjadi PNS setelah lulus.Â
Benar saja, banjir pelamar ujian masuk PNS sering melimpah. Satu pos lamaran yang hanya membutuhkan 1 atau 2 orang bisa diperbutkan oleh 10 orang.Â
Kendati situasinya demikian, impian menjadi PNS tetap menjadi pilihan banyak orang. Orang tak peduli apakah kuota yang ditetapkan begitu sedikit sehingga peluangnya begitu tipis untuk lulus.Â
Pilihan ini bisa saja terbentuk oleh pola pikir yang sudah terbangun sekian tahun.
Salah satu pola pikirnya adalah lulus menjadi PNS membahasakan kesuksesan yang dijalankan di bangku kuliah.Â
Menjadi PNS seolah menjadi tepian terakhir untuk kehidupan yang layak. Selain jaminan bulanan berupa gaji yang pasti, juga ini mnyangkut posisi dan soal jaminan setelah pensiun.
Pilihan ini seolah menjadi jawaban atas tawaran kehidupan yang cukup rumit untuk konteks di Flores. Sehingga menjadi PNS menjadi jawaban atas situasi yang terjadi.Â
Pikiran seperti ini tak secara total salah. Akan tetapi, hal ini seolah mengurung pola pikir masyarakat dalam menilik peluang kerja lain.Â
Selain itu, ini membangkitkan sikap gengsi. Menjadi PNS dinilai sebagai hal yang berharga daripada pekerjaan lainnya. Bahkan ada yang pernah disindir secara tak langsung gegara tak lulus CPNS. Â
Seorang teman sempat bercerita tentang pengalamannya. Dia agak kecewa sekaligus risih setiap kali bertemu dengan mama mantunya.