Hasil pemilihan umum (pemilu) presiden dan wakil presiden 9 Mei lalu di Filipina menghasilkan catatan sejarah yang cukup menarik.
Ferdinand Bongbong Marcos Jr yang mencalonkan diri sebagai calon presiden (capres) dan Sarah Duterte sebagai calon wakil presiden unggul jauh dari lawan-lawan lainnya.Â
Keduanya pun sudah diafirmasi di tingkat DPR kemarin (25/5/22), di mana Ferdinand Marcos Jr dan Sara Duterte menjadi presiden dan wakil presiden terpilih untuk masa jabatan enam tahun ke depan.Â
Untuk keluarga presiden Bongbong, pencapaian di pilpres menjadi catatan sejarah untuk keluarga Marcos.Â
Keluarga Marcos, tepatnya Ferdinand Marcos yang merupakan ayah dari Bongbong Marcos, pernah duduk lebih dari 20 tahun di kursi presiden Filipina, dan kemudian beliau diturunkan oleh kekuatan rakyat.
Ayah Bongbong kerap dinilai sebagai pemimpin ditaktor pada masanya. Korupsi merajalelah. Keuntungan politik lebih memihak keluarga dan kroni-kroninya.Â
Hampir persis dengan situasi Soeharto di Indonesia, yang mana Ferdinand Marcos diturunkan secara paksa dari takhta kepresidenan lewat demonstrasi rakyat.Â
Setelah beberapa tahun mengasingkan diri di luar negeri, keluarga Marcos kembali ke Filipina.Â
Pendek kisah, keluarga ini mulai membangun kekuatan politik dari basis asal keluarga Marcos. Tepatnya di Ilocos Utara, salah satu provinsi bagian utara Filipina.Â
Setelah beberapa tahun berlalu, keluarga Marcos kembali menguat di tingkat politik nasional.Â
Bahkan Bongbong sempat menjadi anggota senator Filipina sebelum kemudian mencalonkan diri sebagai wakil presiden 6 tahun lalu sebagai tandem dari Presiden Duterte. Akan tetapi, Bongbong kalah di pilpres 6 tahun lalu.
Kemenangan Bongbong Marcos pada pilpres kali ini seolah mempertegas kekuatan keluarga Marcos di pentas politik nasional Fiipina.Â
Sejarah masa lalu seolah bukan halangan terbesar dalam melapangkan jalan keluarga Marcos kembali ke kursi kepresidenan. Dengan ini pula, keluarga Marcos menguatkan posisi mereka di panggung politik negara Filipina.
Ya, beberapa anggota keluarga Marcos terlibat dalam dunia politik dan sukses dalam dunia politik.Â
Sebut saja salah satu saudari dari Bongbong yakni Imee Marcos yang menjabat sebagai salah satu senator. Lalu, anak sulung dari Bonbong Marcos terpilih sebagai salah satu anggota DPR Filipina pada pemilu 9 Mei lalu.Â
Manuver politik ini seolah memberikan sinyal pada kekuatan keluarga untuk politik Filipina. Bukan tak mungkin, kekuatan keluarga ini akan bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama apabila menimbang eksesitensi keluarga Marcos di dunia politik.
Kemenangan Bongbong menambah deretan keluarga politik yang menjadi presiden.Â
Sebelumnya ada keluarga Aquino, di mana Cory Aquino menjabat sebagai presiden dan kemudian anaknya Noynoy Aquino juga terpilih sebagai presiden Filipina.
Menariknya, tandem Bonbong Marcos di pilpres, Sara Duterte yang terpilih sebagai wakil presiden merupakan anak dari Presiden Rodrigo Duterte, presiden saat ini.Â
Kemenangan Sara ikut mempertegas kekuatan keluarga Duterte di politik nasional. Presiden Duterte yang akan turun dari kursi presiden tetap mempunyai pengaruh di dalam dunia politik nasional.
Bukan tak mungkin, Sara Duterte bisa mencalonkan diri pada pilpres mendatang. Tempat di wakil presiden menjadi titik tolak untuk kontestasi presiden setelah 6 tahun kedepan.Â
Terlebih lagi Sara Duterte juga ditetapkan sebagai menteri pendidikan Filipina. Posisinya sebagai menteri pendidikan bisa menjadi salah satu ladang bagi Sara Duterte untuk menunjukkan kebijakan politik yang menarik simpati massa.Â
Kemenangan Bongbong dan Sara menjadi catatan sejarah untuk konteks politik Filipina. Filipina akan dipimpin oleh duo pemimpin negara yang merupakan para anak mantan presiden.Â
Tentu saja, latar belakang keluarga sulit terpisahkan dari kebijakan politik mereka.Â
Bongbong menjadi representasi dari wilayah utara Filipina dan keluarga Marcos, sementara Sara menjadi representasi dari wilayah selatan Filipina dan keluarga Duterte. Kedua keluarga ini memiliki pengaru kuat dalam ruang politik di Filipina.
Latar belakang politik dari kedua keluarga ini bisa ikut memengaruhi manuver politik keduanya dalam masa kepemimpinana mereka.
Dua keluarga berlatar belakang presiden akan menakhodai Filipina selama 6 tahun kedepan.Â
Tantangannya pada bagaimana memisahkan kepentingan keluarga demi kepetingan nasional. Ataupun, menghindari bentrokan kepentingan keluarga dalam mengambil kebijakan.
Bongbong akan menggantikan peran Presiden Duterte, ayah dari wakil presiden. Harapannya, peralihan berjalan lancar dan jauh dari tegangan politik karena perbedaan kebijakan dari dua presiden.
Jika hal ini tak terjadi, efeknya bisa merambat para relasi antara Bongbong dan Sara.Â
Di tengah kentalnya dinasti politik yang melibatkan kedua keluarga ini, pastinya ada keraguan dari publik tentang upaya pemerintah memisahkan diri dari kepentingan keluarga dalam dunia politk.
Namun, apabila kepentingan umum yang digarisbawahi dari masa kepemimpinan duo pemimpin ini, hal ini akan menjadi preseden positif untuk masa kepemimpinan dari duo keluarga presiden ini mata masyarakat.
Pada titik ini, masyarakat pun tak terlalu mempersoalkan dinasti politik apabila hal itu tak merugikan, tetapi membantu masyarakat umum dan memberikan keuntungan umum.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H