Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dampak Dominasi Bayern Munchen Jadi Penguasa Bundesliga Jerman

25 April 2022   09:11 Diperbarui: 25 April 2022   09:15 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya, perasaan bosan muncul karena hal yang sama terjadi berulang-ulang kali. Terlebih lagi, hal itu terjadi dalam waktu yang lama. 

Bayern Munchen kembali menjadi juara Bundesliga Jerman. Ini menjadi tahun yang ke-10 secara berturut-turut, Munchen menjadi juara Bundesliga Jerman. 

Dominasi Munchen ini bisa menciptakan kebosanan. Bagaimana pun, pecinta sepak bola juga membutuhkan wajah baru yang bisa memberikan warna baru dalam peta persaingan di Bundesliga. 

Gelar juara Munchen diraih setelah menang 3-1 atas Borussia Dortmund yang berada di posisi ke-2 klasemen (23/4/22). Dengan jarak 12 poin dan tersisa 3 laga, poin Munchen (75 poin) sudah sulit dikejar lagi oleh tim lain. 

Performa Munchen musim 2021/22 bisa terulang lagi pada musim depan. Ya, rasanya sulit bagi tim-tim lain untuk meruntuhkan dominasi Munchen ini apabila menimbang langkah Bayern membangun skuad dari musim ke musim. 

Munchen termasuk tim yang tak segan mencari dan membeli pemain berkualitas di klub-klub Eropa. Bahkan Munchen juga dinilai sebagai "pembajak" talenta-talenta muda di Bundesliga. 

Tak heran, kualitas tim begitu kuat dan sulit ditandingi oleh tim-tim lain di Bundesliga. 

Borrusia Dortmund sempat menjadi pengganggu kemapanan Munchen. Namun, hal itu tak bertahan lama. Juga sebagaimana musim ini, Dortmund hanya bisa puas masuk 4 besar atau duduk di peringkat ke-2 klasemen.  

Bayern terlihat "cerdik" dalam membangun kualitas tim. Pasalnya, Bayern tak ragu untuk menggaet para pemain muda asal Dortmund atau pun tim-tim lainnya di Jerman.

Tak heran, sempat muncul meme, di mana membahasakan tentang klub-klub di Jerman seolah menjadi pemasok untuk skuad Munchen.  

Menariknya, para pemain tak berpikir tentang rivalitas yang terjadi di level domestik Bundesliga. Tawaran Munchen terlihat sulit ditolak.

Faktor reputasi dan jaminan sukses bersama Munchen bisa menjadi salah satu alasan di balik keputusan seorang pemain dari klub-klub di Bundesliga masuk ke Munchen. 

Contohnya, Robert Lewandowski yang direkrut dari Dortmund. Menjadi mesin gol Dortmund, Lewandowski kemudian digaet oleh Bayern. 

Pendek kisah, Lewandowksi tak hanya sukses bersama Munchen di level klub, tetapi juga dari sisi level individual, Lewandowksi juga diakui secara publik. 

Situasi Lewandowski ini menjadi salah satu alasan di balik keputusan pemain muda untuk bergabung dengan Munchen. Kesuksesan level klub dan level individual bisa berjalan satu arah. 

Barangkali situasi berbeda apabila Lewandowksi memilih bertahan di Dortmund. Reputasinya mungkin tak secemerlang yang dialaminya di Munchen. 

Nama besar Munchen sebagai sebuah klub tak bisa diragukan. Selain sukses di Liga Domestik, Munchen juga kerap menjadi salah satu favorit kuat di Liga Champions. 

Keuntungannya, dominasi Munchen makin kuat di Bundesliga dan ikut membantu Munchen bersaing di Eropa. 

Untuk konteks Eropa, persaingan begitu kuat. Dominasi Munchen tertantang oleh tim-tim besar di liga-liga lain di Eropa. Jadinya, dominasi di Bundesliga tak bisa terjadi untuk konteks Eropa. Munchen harus menggerakan energi ekstra agar bisa bersaing di Liga Champions.   

Namun, di Bundesliga Jerman dominasi Munchen terlihat sulit untuk dibendung. Peluang Munchen untuk menjadi juara pada musim depan masih terbuka, terlebih lagi jika adanya eksodus pemain-pemain berbakat dari tim-tim seperti Dortmund, Leverkusen, RB Leipzig ke klub-klub besar di Eropa. 

Eksodus para pemain muda berkualitas itu secara tak langsung memberikan keuntungan pada dominasi Munchen. Namun, pada sisi lain ini malah membuat kompetesi menjadi monoton dan gampang terprediksi. 

Situasi monoton ini terlihat tak menguntungkan kompetesi secara umum. Barangkali untuk konteks di dalam Bundesliga, hal ini tak terlalu berpengaruh apa-apa. 

Namun, mencermati tuntutan pasar secara luas, dominasi ini menutup minat suporter dari luar untuk menonton tayangan Bundesliga. Alasannya, prediksi pemenang turnamen sudah terlihat jelas dan hasil laga gampang terbaca. 

Berbeda ketika sebuah liga menyajikan kompetesi yang panas hingga akhir musim. Contoh paling nyata adalah Liga Inggris, di mana Manchester City dan Liverpool bersaing kuat di puncak klasemen. Hanya beda 1 poin. 

Lalu, Liga Italia yang menjadi persaingan 4 tim. AC Milan, Inter Milan, Napoli, dan Juventus. Persaingan ini seolah membangkitkan kembali euforia pecinta sepak bola tayangan sepak bola Liga Italia.

Dominasi Munchen boleh saja menunjukkan kualitas tim itu sendiri. Namun, di sisi lain dominasi ini malah membuat situasi persaingan di level domestik tidak begitu kompetitif. Dampak lanjutnya adalah eksodus para pemain muda berbakat untuk mencari kesempatan sukses di luar Bundesliga Jerman. 

Tak heran, banyak pemain muda berbakat dari klub-klub di Jerman lebih memilih pinangan klub-klub lain demi meraih prestasi atau pun kesuksesan di level klub. Memilih untuk bertahan hanya membuat para pemain seolah menjadi penonton di tengah dominasi Munchen yang masih sulit terpatahkan. 

Untuk saat ini, sangat sulit meruntuhkan dominasi Munchen di Bundesliga Jerman. Tim-tim lain harus bekerja ekstra keras untuk menaikan kualitas agar bisa bersaing dengan Munchen yang selalu tampil konsisten dalam 10 musim terakhir. 

Salam Bola

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun