Menariknya, para pemain tak berpikir tentang rivalitas yang terjadi di level domestik Bundesliga. Tawaran Munchen terlihat sulit ditolak.
Faktor reputasi dan jaminan sukses bersama Munchen bisa menjadi salah satu alasan di balik keputusan seorang pemain dari klub-klub di Bundesliga masuk ke Munchen.Â
Contohnya, Robert Lewandowski yang direkrut dari Dortmund. Menjadi mesin gol Dortmund, Lewandowski kemudian digaet oleh Bayern.Â
Pendek kisah, Lewandowksi tak hanya sukses bersama Munchen di level klub, tetapi juga dari sisi level individual, Lewandowksi juga diakui secara publik.Â
Situasi Lewandowski ini menjadi salah satu alasan di balik keputusan pemain muda untuk bergabung dengan Munchen. Kesuksesan level klub dan level individual bisa berjalan satu arah.Â
Barangkali situasi berbeda apabila Lewandowksi memilih bertahan di Dortmund. Reputasinya mungkin tak secemerlang yang dialaminya di Munchen.Â
Nama besar Munchen sebagai sebuah klub tak bisa diragukan. Selain sukses di Liga Domestik, Munchen juga kerap menjadi salah satu favorit kuat di Liga Champions.Â
Keuntungannya, dominasi Munchen makin kuat di Bundesliga dan ikut membantu Munchen bersaing di Eropa.Â
Untuk konteks Eropa, persaingan begitu kuat. Dominasi Munchen tertantang oleh tim-tim besar di liga-liga lain di Eropa. Jadinya, dominasi di Bundesliga tak bisa terjadi untuk konteks Eropa. Munchen harus menggerakan energi ekstra agar bisa bersaing di Liga Champions. Â
Namun, di Bundesliga Jerman dominasi Munchen terlihat sulit untuk dibendung. Peluang Munchen untuk menjadi juara pada musim depan masih terbuka, terlebih lagi jika adanya eksodus pemain-pemain berbakat dari tim-tim seperti Dortmund, Leverkusen, RB Leipzig ke klub-klub besar di Eropa.Â
Eksodus para pemain muda berkualitas itu secara tak langsung memberikan keuntungan pada dominasi Munchen. Namun, pada sisi lain ini malah membuat kompetesi menjadi monoton dan gampang terprediksi.Â