Â
Ralf Rangnick yang berlaku sebagai pelatih interim Manchester United (MU) terlihat tak mencapai ekspetasi publik. Rangnick yang menggantikan Ole Gunnar Solksjaer gagal memperbaiki performa MU secara umumnya.
Puncaknya, ketika MU kandas di babak 16 besar Liga Champions. Kalah 0-1 di rumah sendiri tak menyakitkan MU, tetapi juga memperjelas karakter MU pada musim ini.
MU bukan lagi dipandang sebagai tim yang disegani. Peluang menang melawan MU yang diperkuat oleh Cristiano Ronaldo ini menjadi mungkin terjadi.
Posisi MU tanpa gelar pada musim ini semakin jelas. Hanya satu hal yang bisa menjadi target untuk MU adalah bisa bermain di Liga Champions pada musim depan.
Maka dari itu, tempat di 4 besar klasemen Liga Inggris menjadi harga mati.
Tak ayal, kondisi MU saat ini pun meragukan kemampuan tempat Rangnick. Status interim akan berakhir tanpa niat diperpanjang.
Padahal, Rangnick sempat diharapkan bisa mengikuti rekam jejak kesuksesan pelatih asal Jerman di Liga Inggris, seperti Jurgen Klopp di Liverpool dan Thomas Tuchel di Chelsea.
Alih-alih ingin menciptakan gaya bermain yang sementara dibangun Jurgen Klopp bersama Liverpool, MU malah tampil tak konsisten.
Gaya gegenpressing yang melekat dengan para pelatih asal Jerman ini tak begitu kentara dimainkan di MU.
Sebenarnya Rangnick sudah mengingatkan tentang efek dari metodenya. Metode itu tak gampang dan tak bisa terjadi dalam waktu yang instan. Hal itu membutuhkan proses yang relatif lama.
Kendati demikian, MU tampak tak sabar. Ketaksabaran MU ditunjukkan ketika spekulasi pelatih pengganti sudah mulai mencuat ke ruang publik.
Salah satu nama yang makin santer beredar adalah Erik Ten Hag. Ten Hag sementara ini melatih tim Eredivese Belanda, Ajax. Performanya bersama Ajax cukup menjanjikan.
Pelatih yang sempat menjadi target Barcelona ini memberikan efek yang cukup menjanjikan dalam pola permainan Ajax. Saat ini Ajax berada di puncak klasemen sementara Liga Belanda.
Selain berada di puncak, Ten Haag juga mampu menciptakan identitas dalam permainan Ajax selama lima musim. Dua gelar Eredivisie dan masuk semi final Liga Champions di tahun 2019 menjadi catatan menarik Ten Hag bersama Ajax.
Bermain cepat dengan memanfaatkan para pemain muda didikan akademi menjadi salah satu ciri khas Ten Hag di Ajax. Ya, Ten Hag termasuk pelatih yang pro pemain muda dan didikan akademi.
Karena ini, Ten Hag pun menjadi nama yang popular menjadi pelatih MU di musim depan. Bahkan kabarnya, selain negosiasi sementara berjalan antara Ten Hag dan MU, Ten Hag juga sementara mempelajari bahasa Inggris.
Rumor ini memperjelas arah karir Ten Hag. Bagaimana pun, kemampuan berbahasa menjadi harga mati dalam membangun tim.
Tantangan di MU taklah gampang. Beban ruang ganti agak berat karena komposisi skuad yang terdiri dari beberapa pemain bintang dengan beberapa di antaranya berlabel harga tinggi.
Pada titik ini, Ten Hag harus beradaptasi dengan ruang ganti. Langsung menerapkan metode yang keras dan kaku atau pun langsung meminta para pemain untuk mengikuti alur kepelatihannya akan sulit tercapai.
Karenanya, langkah pertama adalah mendapatkan pengaruh di ruang ganti. Pengaruh ini bisa menjadi salah satu cara dalam membantu Ten Hag menerapkan idenya di lapangan hijau.
Apabila ada kata sepakat dengan MU, Ten Hag akan menghadapi situasi yang cukup menantang. Tak gampang melatih MU yang sudah mencapai banyak gelar di era masa lalu.
Semenjak ditinggalkan oleh Sir Alex Ferguson, MU seolah berada di persimpangan jalan. Terlihat masih mencari sosok pelatih yang tepat untuk menggantikan pengaruh Ferguson yang bisa mempersembahkan banyak gelar selama dua dekada melatih MU.
Upaya MU juga dibarengi dengan mendatangkan beberapa pemain berharga mahal. Namun, hal itu bukan menjadi jawaban satu-satunya.
MU membutuhkan seorang pelatih yang bisa menciptakan identitas bermain yang jelas. Bukan sekadar pelatih yang bernama besar, tetapi pelatih yang mampu menciptakan iklim tim yang kompetetif dengan gaya permain yang khas.
Contohnya, Man City di bawah kepelatihan Pep Guardiola dan Liverpool dengan Jurgen Klopp. Kedua tim ini tampil konsisten, karena mereka memiliki identitas permainan tim yang cukup jelas.Â
Ten Hag menjadi kandidat kuat yang bisa mendarat ke Old Trafford. Gaya kepelatihan yang khas di Ajax bisa menjadi salah satu alasan dari pemilihan Ten Hag.
Tentu saja, MU harus mau mengikuti apa yang dikehendaki Ten Hag, termasuk berani melepaskan pemain tertentu, kendati didatangkan dengan harga tinggi atau pun mempunyai efek bisnis untuk tim.
Jadi, tantangannya bukan saja dengan Ten Hag, tetapi juga dengan MU yang mau siap mengikuti alur kepelatihan Ten Hag.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H