Kendati Moh Salah dan Mane memperkuat timnas mereka masing-masing di Piala Afrika bulan Januari lalu, performa pemain depan Liverpool tak anjlok.
Firmino, Jota, dan bahkan Minamino dan Alex Oxlade-Chamberlain bisa mengisi lubang yang ditinggalkan oleh Salah dan Mane dengan performa yang cukup positif. Bahkan Liverpool tak sekalipun kalah ketika ditinggal pergi oleh Salah dan Mane.
Seharusnya, Klopp mendatangkan bek belakang. Persoalan cedera para pemain belakang pada musim lalu menjadi salah satu hambatan Liverpool dalam mempertahankan level konsistensi selama semusim.
Di awal musim, Klopp berhasil mendatangkan Ibrahima Konate sebagai bek tengah. Lalu, Joe Matip dan Van Dijk terlihat kembali tampil solid.
Juga, Klopp sering memberi jam bermain kepada pemain seperti K. Tsimikas dan H. Elliot di lini bek sisi kiri dan kanan Liverpool.
Memang, performa mereka belum bisa mengimbangi kualitas bek kiri Tren-Alexander dan bek kanan Andrew Robertson, yang nota bene kerap menjadi sumber assist bagi lini depan Liverpool.Â
Pada titik lain, perekrutan Diaz menjadi jawaban atas gaya permainan Klopp yang dikenal dengan gaya gegenpressing. Mencapai hasil positif hanya bisa tercapai lewat permainan menyerang yang cepat, taktis, dan agresif.
Untuk menopangnya, Klopp membutuhakan kualitas penyerang yang sesuai dengan gaya tersebut. Dengan kata lain, Klopp terlihat ingin agar gaya menyerang Liverpool menjadi ancaman bagi tim-tim lawan, sehingga mereka pun terlihat waspada untuk bermain terbuka.
Mengutip kata-kata Pep Guardiola, bertahan yang baik bisa tercapai dengan pola penyerangan yang agresif. Inilah pula yang barangkali mau ditekankan Klopp bersama Liverpool.
Ketika timnya menyerang, tim lawan berupaya sedemikian rupa untuk mengunci pertahanan. Semakin ditekan, semakin sempit bagi tim lawan untuk melakukan serangan balik.
Apalagi ketika tim secara kompak cekatan dalam mencuri bola dari lawan. Jadinya, pertahanan mendapat bantuan dari tiap lini untuk menutup serangan lawan.