Rangnick seolah menghadapi dilema yang besar di MU. Idenya tentang gaya bermain gegenpressing begitu jelas. Persoalannya, ketika idenya itu tak menyata lewat performa para pemain MU.Â
Hasil laga kontra Aston Villa menjadi situasi yang bisa membahasakan situasi MU. MU bermain gemilang di babak pertama, tetapi begitu lengah di menit-menit akhir.
Rangnick pun menyatakan bahwa seyogianya saat timnya sudah unggul 2-0 atas Villa, mereka harus lebih kuat bertahan sebagai tim. Namun, faktanya MU lengah hingga harus kemasukan dua gol dalam rentang waktu yang begitu singkat di menit-menit akhir.
Kekecewaan Rangnick ini bisa berdampak kuat pada mentalitas MU. Apalagi relasi Rangnick dengan para pemain tak begitu terlalu akrab.
Terbukti, Antoni Martial menolak untuk diikutsertakan dalam skuad MU kontra Aston Villa. Bukan rahasia lagi jika Martial menjadi salah satu pemain yang diisukan untuk pergi di MU. Berada 7 musim di MU sepertinya tak cukup membuat pemain asal Prancis itu menjadi pilihan tetap dan regular di MU.
Belum lagi, komentar Cristiano Ronaldo yang mengharapkan agar MU bisa tampil sebagai tim yang bisa masuk tiga besar. Komentar Ronaldo ini bernada positif. Namun, ini juga menunjukkan tantangan yang serius bagi Rangnick
Tak ayal, Rangnick pun meminta para pemainnya untuk berbicara sebagaimana yang dilakukan Ronaldo. Sikap diam kadang menyembunyikan rasa tertentu, tetapi bisa melukai performa tim di lapangan.
Situasi ruang ganti memang menjadi salah satu faktor penentu performa tim. Ketika ruang ganti dipenuhi oleh ketegangan antara pelatih dan pemain, pada saat itu pula permainan tim bisa terpengaruh.
Barangkali ini menjadi salah satu tantangan Rangnick di MU. Rangnick boleh saja sosok yang kuat, tetapi pengaruhnya masih belum bisa memengaruhi mentalitas MU.
Berbeda dengan Solksjaer. Solksjaer mendapat pengaruh di ruang ganti karena faktor reputasinya sebagai mantan legenda MU. Faktor legenda membuat tempat Solksjaer mendapat respek di ruang ganti.
Sama halnya ketika MU menempatkan Carrick sebagai pelatih sementara MU selepas kepergian Solksjaer. Carrick juga mampu mengontrol ruang ganti MU karena faktor legenda Carrick di mata pemain MU.