Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

3 Sisi Positif dari Kekalahan Barcelona Kontra Real Madrid

13 Januari 2022   07:19 Diperbarui: 15 Januari 2022   02:33 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim La Liga Spanyol, Barcelona. | Foto: Cristina Quicler via Kompas.com

Sebelum laga kontra Real Madrid di Arab Saudi, Xavi Hernandez sudah mengakui kelebihan Madrid. Menurutnya, Madrid adalah tim sementara tampil baik di La Liga Spanyol dan duo Karim Benzema dan Vinicius Jr adalah duo yang paling disegani untuk saat ini.

Pujian Xavi ini bisa menunjukkan pengakuan pada kualitas Madrid dan kesadarannya pada kondisi skuadnya, Barcelona. Sebagaimana laga El Classico ala Liga Spanyol umumnya, laga ini pun dihadapi dengan serius.

Kedua tim sama-sama menurunkan skuad terbaik dan memainkan formasi yang sama, 4-3-3. Bedanya, Xavi memainkan Ferran Torres dan Danie Alves, dua pemain baru yang didatangkan ke Barca pada era kepelatihan Xavi.

Alves sendiri sudah pernah bermain dengan Barca. Lalu, laga kontra Madrid merupakan laga ke-2 bagi Alves semenjak pulang kembali ke Barca. Tentu saja, pengalaman El Classico yang pernah dihadapinya sebelumnya masih membekas dibenaknya.

Hanya Ferran Torres yang langsung berhadapan dengan partai serius. Tandanya, Xavi mengakui kualitas Torres dan mengharapkan Torres sebagai salah satu andalan penting lini depan Barca.

Secara umum, Barca tampil cukup memuaskan. Kali ini, Barca tak terlihat begitu inferior di hadapan Madrid yang sementara on fire. Paling tidak, tiga catatan dari performa Barca dari El Classico yang terjadi di Arab Saudi ini.

Pertama, Percayai Luuk de Jong dan Lupakan dulu Alvaro Morata

Luuk de Jong menjadi salah satu pencetak gol dalam laga ini. Ini menjadi 3 gol Luuk de Jong dari 4 laga yang dimainkan Barca. Tandanya, Luuk de Jong sementara dalam performa terbaik.

Padahal, sewaktu Xavi masuk Barca, Luuk de Jong terlihat berada di persimpangan jalan. Pasalnya, keputusan untuk meminjamkan Luuk de Jong dari Sevilla merupakan keputusan Ronald Koeman, yang nota bene merupakan mantan pelatih Luuk de Jong di timnas Belanda.

Sewaktu memilih untuk meminjamkan Luuk de Jong, Koeman mengakui efektivitasnya di depan gawang lawan, terlebih khusus dalam memanfaatkan umpan bola-bola silang.

Kata-kata Koeman itu tak berbuah di era kepelatihannya. Tak ayal, nasib Luuk de Jong juga berada dalam situasi sulit saat Koeman dipecat dan Xavi masuk sebagai pengganti.

Namun, situasi berubah cepat. Xavi tetap memercayakan Luuk de Jong di lini depan. Padahal, isu beredar pada satu bulan terakhir jika Xavi sementara menargetkan Alvaro Morata untuk mengisi lini depan Barca.

Rencana Xavi mentok. Juventus tak ingin membiarkan Morata pergi. Tak ada pilihan lain bagi Barca, kecuali tetap memercayakan striker yang ada, termasuk Luuk de Jong.

Luuk de Jong tak patah arang berhadapan dengan situasinya di Barca dan pelbagai spekulasi yang mengitarinya. Perlahan, Luuk de Jong membayar kepercayaan Xavi. Torehan 3 gol dari 4 laga terakhir dari Barca menjadi bukti bagaimana Luuk de Jong membayar keparcayaan Xavi.

Bukan tak mungkin, tempat Luuk de Jong diperpanjang apabila performanya terus konsisten. Laga kontra Madrid menjadi bukti bahwa Luuk de Jong bisa menjadi harapan Barca untuk perlahan-lahan memperbaiki performa tim pada musim ini.

Daripada memikirkan Morata atau pun mencari striker lain, lebih baik Barca terus memanfaatkan performa Luuk de Jong.

Kedua, Kepercayaan Diri Pemain Muda Makin Terasah

Xavi kembali memercayakan para pemain muda. Gabi, F. Torres, O. Dembele, dan R. Araujo adalah masa depan Barca.

Kabar baiknya, A. Fati dan Pedri sudah bisa bermain dan masuk di babak kedua. Fati langsung tancap gas ketika mencetak gol penyama kedudukan 2-2 di babak kedua.

Kembalinya Fati dan Pedri akan ikut meramaikan koleksi pemain muda di Barca. Pada titik ini, Xavi harus putar otak untuk memanfaatkan kualitas para pemain muda ini agar bisa diharapkan, bukan saja pada musim ini, tetapi untuk beberapa musim ke depannya.

Dalam laga ini, para pemain muda tampil baik. Araujo bisa diandalkan sebagai penerus Gerard Pique di lini belakang.

Pedri dan Fati langsung memberikan perbedaan bagi Barca saat keduanya masuk. Pedri sendiri yang menjadi andalan Koeman pada musim lalu bisa saja menjadi andalan Xavi. Bukan tak mungkin, Xavi bisa mencoba trio Gavi, Frenkie de Jong, dan Gavi di lini tengah Barca.

Laga penting seperti El Classico sangatlah penting bagi para pemain muda. Mentalitas mereka bisa terbangun.

Toh, Barca sudah merasakan efek dari peran pemain muda didikan akademi di beberapa tahun silam. Para pemain didikan akademi pernah menjadi tulang punggung kesuksesan Barca.

Hal yang sama bisa terjadi apabila Xavi terus memercayakan para pemain muda, terlebih khusus pada laga-laga sulit seperti El Classico.

Fati, Pedri, Torres, dan Gavi menjadi masa depan Barca dan timnas Spanyol. Tak kebetulan, ketika keempatnya sudah menjadi bagian penting dari skuad Luis Enrique di timnas Spanyol. Keempatnya juga bisa saja diikutsertakan pada piala dunia 2022.

Maka dari itu, laga penting seperti El Clasico menjadi momen bagi para pemain muda untuk membuktikan diri dan terus mengasah kemampuan dan mentalitas mereka. Kendati kalah dari Madrid, paling kurang para pemain muda Barca bisa merasakan iklim El Clasico.

Ketiga, Mentalitas Tim Mulai Terbentuk. 

Dua kali Real Madrid unggul daripada Barca. Gol pertama Madrid yang dicetak Vinicius (menit 25) tak meruntuhkan mentalitas para pemain Barca. Beberapa menit sebelum jeda, Luuk de Jong menyamakan keadaan (menit 41).

Hal yang sama terjadi juga di babak kedua. Madrid unggul lebih dahulu dan kemudian pemain pengganti, Ansu Fati menyamakan keadaan.

Kendati Barca harus mengakui Madrid di menit perpanjangan waktu, paling tidak Barca merasa diri tak inferior di hadapan Madrid. Kualitas kedua tim mulai terlihat merata.

Masalah Barca yang kerap tampil inferior di hadapan tim besar perlahan mulai menurun. Mentalitas tim mulai terbangun. Cepat atau lambat, Barca akan menjadi salah satu tim yang kembali tampil pada level terbaik.

Terbukti, Barca mencatatkan lebih banyak tembakan ke gawang Madrid. Sebanyak 20 tembakan dan Madrid hanya 14 tembakan. Penguasaan bola juga berada di pihak Barca.

Di laga kontra Madrid, mentalitas tim sudah mulai agak membaik. Barca tak gentar menghadapi pasukan Carlo Ancelotti yang sementara tampil konsisten di La Liga Spanyol. Sebaliknya, Barca juga berupaya untuk memenangkan pertandingan ini.

Mentalitas Barca ini terbangun ketika pemain veteran seperti Dani Alves bisa berkontribusi kuat di lini bekalang, Gerrard Pique yang kembali solid, dan Sergio Busquet yang sudah menemukan tempo permainan di lini tengah. Ditambah lagi, para pemain muda yang tampil dewasa di sepanjang laga ini. 

Mentalitas Barca akan semakin kuat bersama berjalannya waktu. Kegagalan kontra Madrid bisa menjadi pelajaran berharga yang bisa membentuk performa Barca selanjutnya. 

Barca boleh saja tersingkir dari Piala Supercopa Spanyol dari rival abadi, Real Madrid. Namun, kegagalan ini tetap menjadi pelajaran berharga bagi Barca untuk perjalanan berikutnya.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun