Laga penting seperti El Classico sangatlah penting bagi para pemain muda. Mentalitas mereka bisa terbangun.
Toh, Barca sudah merasakan efek dari peran pemain muda didikan akademi di beberapa tahun silam. Para pemain didikan akademi pernah menjadi tulang punggung kesuksesan Barca.
Hal yang sama bisa terjadi apabila Xavi terus memercayakan para pemain muda, terlebih khusus pada laga-laga sulit seperti El Classico.
Fati, Pedri, Torres, dan Gavi menjadi masa depan Barca dan timnas Spanyol. Tak kebetulan, ketika keempatnya sudah menjadi bagian penting dari skuad Luis Enrique di timnas Spanyol. Keempatnya juga bisa saja diikutsertakan pada piala dunia 2022.
Maka dari itu, laga penting seperti El Clasico menjadi momen bagi para pemain muda untuk membuktikan diri dan terus mengasah kemampuan dan mentalitas mereka. Kendati kalah dari Madrid, paling kurang para pemain muda Barca bisa merasakan iklim El Clasico.
Ketiga, Mentalitas Tim Mulai Terbentuk.Â
Dua kali Real Madrid unggul daripada Barca. Gol pertama Madrid yang dicetak Vinicius (menit 25) tak meruntuhkan mentalitas para pemain Barca. Beberapa menit sebelum jeda, Luuk de Jong menyamakan keadaan (menit 41).
Hal yang sama terjadi juga di babak kedua. Madrid unggul lebih dahulu dan kemudian pemain pengganti, Ansu Fati menyamakan keadaan.
Kendati Barca harus mengakui Madrid di menit perpanjangan waktu, paling tidak Barca merasa diri tak inferior di hadapan Madrid. Kualitas kedua tim mulai terlihat merata.
Masalah Barca yang kerap tampil inferior di hadapan tim besar perlahan mulai menurun. Mentalitas tim mulai terbangun. Cepat atau lambat, Barca akan menjadi salah satu tim yang kembali tampil pada level terbaik.
Terbukti, Barca mencatatkan lebih banyak tembakan ke gawang Madrid. Sebanyak 20 tembakan dan Madrid hanya 14 tembakan. Penguasaan bola juga berada di pihak Barca.