Alih-alih pindah ingin menjadi salah satu pemain terbaik di dunia, Neymar malah belum mempersembahkan gelar bertaraf Eropa ke PSG. Performanya cenderung abu-abu. Tak konsisten.Â
Persoalan cedera parah di musim ini membuat Neymar menepi untuk sekian lama. Jauh sebelum cedera terjadi, performa Neymar malah tak gemilang. Kecenderungannya PSG malah lebih bergantung pada striker muda Kylian Mbappe. Messi sendiri masih berupaya menemukan tuahnya untuk mencetak gol di Liga Prancis.
Kalau Neymar tak segera memperbaiki performanya, bisa saja tempatnya di PSG bisa lengser. Sama halnya di Brasil yang sering melahirkan bintang-bintang baru.Â
Vinicius yang masih berusia 21 tahun adalah masa depan Brasil. Kegemilangannya di Madrid musim ini bisa mempermanenkan tempatnya di Piala Dunia 2022 mendatang. Bahkan ini bisa menjadi saingan kuat untuk Neymar
Cepat atau lambat, popularitas dan tempat Neymar bisa ikut menurun. Ujung-ujungnya, mimpi untuk menjadi pemain terbaik dunia lenyap bersamaan dengan keputusannya untuk pindah dari Barca ke PSG.Â
Padahal, Neymar sempat digadang-gadang untuk menjadi suksesor dari Lionel Messi di Barca. Akan tetapi, Neymar lebih memilih jalan berbeda dengan tujuan keluar dari bayang-bayang Messi di Barca.Â
Keputusan ini belum membuahkan hasil. Neymar tampil agar redup pada musim ini. Kontribusnya bersama PSG begitu minim.Â
Situasi Neymar menjadi pelajaran penting bagi Vinicius. Secara umum, kedua pemain berlatar belakang sama dan pergerakan mereka di lapangan hampir serupa.Â
Pelajaran paling penting bagi Vinicius adalah untuk setia bertahan di Madrid. Berkat performa positifnya bersama Madrid, tempatnya sulit tergantikan.Â
Lebih jauh, Vinicius perlu belajar dari Benzema. Benzema termasuk pemain yang perlu diidolakan dan dicontohi.Â
Pasalnya, di saat banyak pemain bintang yang keluar masuk Madrid, Benzema terus mempertahankan tempatnya di Madrid. Kesetiaannya ini dibarengi dengan performa yang konsisten di lini depan Madrid.Â