Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Faktor yang Bisa Menentukan Indonesia Jadi Juara Piala AFF

27 Desember 2021   16:54 Diperbarui: 27 Desember 2021   16:57 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia berpeluang menjuarai Piala AFF 2020. Mengalahkan Thailand adalah kunci bagi Indonesia menjadi juara sepak bola Asia Tenggara.

Tentu saja, langkah ini tak gampang. Thailand terbilang sebagai raksasa sepak bola Asia Tenggara. 

Rekam jejak di Piala AFF tak bisa diragukan lagi. Thailand merupakan raja juara piala AFF. Bahkan Indonesia beberapa kali harus tunduk dengan timnas Thailand. 

Kepercayaan timnas Thailand sementara naik. Ini terjadi berkat keberhasilan Thailand menyingkirkan Vietnam yang dikategorikan sebagai favorit kuat juara Piala AFF.  

Thailand sempat ragu bertemu Vietnam. Inginnya Thailand bersua Indonesia. Juga, Vietnam bisa dikatakan lebih difavoritkan dalam laga kontra Thailand bila mengingat perkembangan sepak bola Vietnam sejauh ini. 

Namun, ucapan bola bundar kerap menjadi penentuan. Thailand bermain cerdik di leg pertama, dan pada leg kedua Thailand kembali bermain solid hingga Vietnam kesulitan untuk mencari gol ke gawang Thailand. 

Keberhasilan Thailand menyingkirkan Vietnam bisa menjadi motor yang meningkatkan performa tim. Thailand merupakan tim yang berdaya kuat untuk konteks Indonesia. Karenanya, timnas perlu berwaspada. 

Pertarungan Indonesia antara Thailand, hemat saya, ditentukan oleh tiga faktor. 

Pertama, Faktor psikologis dan mentalitas para pemain. 

Thailand dan Indonesia sementara berada dalam level mental yang persis sama. Indonesia secara dramatis menyingkirkan tuan rumah, Singapura. Kendati Singapura bermain di depan pendukungnya, Indonesia tak begitu gentar. 

Para pemain muda yang umumnya buah dari tempahan Shin Tae-yong sudah menunjukkan bukti yang cukup nyata. Masa depan sepak bola Indonesia sementara berada di pelatih yang tepat. 

Kalau pun tak juara, paling tidak mentalitas para pemain sudah terasah. Kali ini mentalitas para pemain Indonesia menunjukkan wajah yang cukup meyakinkan. 

Ketika tim lawan lebih dulu unggul, mentalitas para pemain tak gampang ikut turun atau terpancing emosi. Malahan, para pemain berupaya untuk mencari gol balasan hingga meraih kemenangan. 

Pendeknya, para pemain timnas Indonesia terlihat menghargai setiap waktu aktif bermain. Tak sekalipun yang terbuang karena sudah kebobolan oleh gol lawan. 

Dalam laga kontra Thailand, timnas perlu menjaga mentalitas yang sama. Boleh saja, Thailand datang dengan kepercayaan tinggi setelah menyingkirkan Vietnam. 

Namun, selalu digarisbawahi bahwa peluang menjadi juara selalu ditentukan oleh kualitas permainan di lapangan hijau. Kualitas itu dibarengin mentalitas timnas selama dua leg. 

Kedua, fokus pada tim daripada terlalu Inferior kemampuan lawan. 

Kadang kala, yang melemahkan mentalitas tim adalah terlalu fokus pada kemampuan tim lawan. Akibatnya, menjadi inferior dan terlihat tak menemukan ruang untuk bisa berupaya menjadi tim yang terbaik. 

Memang, Thailand dikategorikan sebagai favorit kuat. Namun, status favorit sebelum laga tak menentukan sama sekali. Yang menentukan adalah ujian kualitas kedua tim.

Indonesia sudah membuktikan kualitasnya sepanjang laga ini. Kendati bermaterikan para pemain muda, Indonesia berhasil meruntuhkan asumsi-asumsi yang meragukan. 

Pada titik ini, Indonesia sekiranya tetap fokus pada kemampuannya sendiri, sembari memperbaiki kekuarangan tim. Memang, Thailand menjadi ancama serius dan terakhir bagi Indonesia menjadi juara. 

Ancaman ini tak menjadi hambatan apabila tim tetap fokus pada kualitasnya sendiri, dan tak merasa inferior dengan kelebihan yang dimiliki oleh tim lawan. Toh, hasil laga akan ditentukan oleh pertandingan di lapangan hijau. 

Selain itu, lebih fokus pada tim juga menjadi upaya agar tak terbebankan oleh nada-nada psimis dan negatif dari luar lapangan. Yang paling perlu saat ini adalah pembuktian nyata. Bukti nyata itu tercapai lewat upaya timnas untuk fokus pada kemampaun lawan. 

Ketiga, Bersikap Optimis tetapi tak boleh terjebak pada Superioritas.

Seorang teman mengatakan bahwa kendati Indonesia gagal di final, yang terpenting sudah mengalahkan Malaysia. Saya kurang setuju dengan pernyataan ini. Hemat saya, Indonesia mesti menjadi juara. Perlu ada sikap optimis. 

Namun, Indonesia tak boleh merasa diri superior. Tim lawan juga harus dihormati. Sikap respek ini merupakan bentuk kerendahan hati dalam mengakui kelebihan lawan, tetapi tak merasa diri inferior dan superior. 

Bersikap superior pada tim lawan bisa membuat penampilan tim tak fokus. Hal itu menyata ketika menganggap enteng kekuatan lawan, sehingga tak mempunyai rencana yang jelas ketika pola permainan lawan berada di luar perkiraan. 

Sebaliknya, bersikap respek bisa membangkitkan mentalitas untuk selalu waspada kemampuan tim lawan. Ketika lawan muncul dengan taktik yang berada di luar perkiraan, tim tak merasa terkejut dan panik. 

Sebaliknya, tim berupaya untuk meladeni taktik itu dengan pola permainan yang seimbang. Jadi, timnas Indonesia harus membangun sikap respek kepada lawan agar mentalitas tak terkecoh dengan ulah-ulah yang tak perlu. 

Laga Final AFF antara Indonesia kontra Thailand tak hanya bergantung pada kualitas individu dan pertandingan fisik para pemain, tetapi juga bergantung pada mentalitas para pemain serentak disposisi batin para pemain. Yang memiliki mentalitas yang kuat, tim itu bisa keluar sebagai juara. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun