Menghadapi pasukan Diego Simeone, Ancelotti memanfaatkan efektivitas para penyerangnya dalam melihat kesalahan Atletico. Permainan Atletico juga tak terlalu berkembang karena para pemain Madrid tampil solid di setiap lini. Â Â
Trio gelandang L. Modric, Casemiro dan T. Kross tetap menjadi andalan Ancelotti. Trio gelandang ini terlihat solid dalam mengatur permainan Madrid, menjaga lini belakang, dan membangun koneksi di setiap lini.
Kemenangan Madrid atas saudara sekotanya sepertinya memperjelas siapa yang menjadi juara pada musim ini. Peluang itu makin jelas karena Ancelotti pasti tahu dengan baik bagaimana menjaga momentum.Â
Terbukti, Ancelotti yang tak terlalu diberkahi dengan pemain baru dan bahkan ditinggalkan oleh beberapa pemain penting masih bisa memanfaatkan skuad yang tersedia. Pada titik ini, Ancelotti tahu meramu formula yang tepat dalam membangun kekuatan Madrid yang terus tampil konsisten.
Berbeda dengan Madrid yang sudah menemukan konsistensi, rival abadinya Barcelona masih berjalan timpang. Xavi Hernandez yang dikontrak sebagai pelatih menggantikan Ronald Koeman belum memberikan titik terang untuk nasib Barca pada musim ini.Â
Hasil imbang 2-2 kontra Osasuna menunjukkan wajah dan situasi Barca. Barca dalam kondisi yang tak stabil.Â
Performa para pemain Barca belum solid. Para pemain muda memang terlihat tampil cepat dan penuh energetik. Akan tetapi, kesolidan dalam pengusaan bola, mengontrol permainan, dan sekaligus menjaga bola dari rebutan lawan tak begitu terlihat. Masih abu-abu.
Tika-taka ala Xavi belum begitu nampak. Malahan, Barca terlihat cenderung tampil menyerang dan menekan dengan memanfaatkan kecepatan para pemain muda seperti O. Dembele dan A. Ezzalzouli. Lalu, para pemain Barca juga cenderung memilih untuk melakukan tembakan dari luar kotak penalti.Â
Para pemain pun kerap melakukan umpan-umpan yang salah, gampang terbaca oleh lawan, atau pun keliru melihat pergerakan rekan setim.Â
Membaca performa Barca kontra Osasuna, Xavi memiliki pekerjaan yang cukup besar. Salah satu pekerjaan Xavi adalah mengembalikan identitas Barca sebagai tim yang ber-DNA Tiki-taka.Â
Permainan cepat dari kaki ke kaki yang pernah dimainkan oleh Xavi sewaktu masih aktif bermain menjadi ekspetasi di Camp Nou saat ini. Akan tetapi, ekspetasi itu barangkali masih terbentur dengan situasi klub.Â