Tersingkirnya Barcelona dari kompetesi Liga Champions dan masuk ke Liga Eropa menjadi salah satu hal yang terjadi di akhir kualifikasi grup Liga Champions pekan ini. Barcelona tak kuasa meladeni kekuatan tim Bundesliga, Bayern Munchen.
Andaikata menang, Barca bisa mendapat satu tempat di babak 16 Liga Champions. Namun, kekuatan Bayern terlihat lebih superior daripada apa yang dimiliki oleh Barca.
Punggawa Bayern, Thomas Muller, yang mencetak satu gol dalam laga ini pun mengakui bahwa Barca memiliki aspek teknis dan taktik. Akan tetapi, satu hal yang kurang dari Barca adalah intensitas dalam melawan tim-tim lawan, termasuk tim kuat seperti Bayern Munchen.
Intensitas ini menyata lewat kemampuan tim mengancam dan menciptakan peluang ke gawang lawan. Intensitas ini agak kurang di tubuh Barca. Bukan tak mungkin, kalau hal ini tak dibenahi, peluang Barca untuk sukses di Liga Eropa juga bisa tak terjadi.
Kekalahan Barca membuat pelatih muda, Xavi Hernandez marah pada performa timnya. Kemarahan Xavi, pada satu sisi, menunjukkan bahwa skuadnya tak mampu menerjemahkan ide dan taktiknya di lapangan.
Tak ayal, Xavi menyatakan akan mengubah Barca semenjak tersingkir dari Liga Champions. Entah apa perubahan yang akan dilakukan Xavi, namun setiap pemain di skuad Barca harus siap-siap menerima konsekuensi dari keputusannya.
Yang pasti, Xavi hanya memuji pemampilan pemain muda, Gavi. Gavi tampak menangis dan kecewa ketika meninggalkan lapangan setelah tersingkir dari Bayern.
Terlepas dari tangisan dari bintang muda Barca itu, Xavi memuji performa pemain muda itu sepanjang laga. Menurut Xavi, Gavi termasuk pemain yang tampil secara total dalam laga itu.
Bahkan Xavi menilai bahwa sikap Gavi merupakan contoh bagi para pemain lainnya di Barca. Bermain penuh totalitas, dan ada rasa kecewa ketika menghadapi kekalahan.
Makanya, ketika Lenglet, bek Barca terlihat tersenyum ria dan tertawa sambil memeluk pemain depan Bayern, Roberto Lewandoski, banyak yang mengritiknya.