Â
Setelah kualifikasi grup Liga Champions berlalu, tim-tim yang melaju ke babak selanjutnya harus siap sedia menghadapi lawan berikutnya. Total ada 16 tim yang melaju ke babak 16 besar.
Dari 16 tim ini, tim-tim asal Liga Inggris berhasil mencatatkan 4 tim. Bisa dikatakan komplit. Tak satu pun tim Liga Inggris yang tersingkir di babak kualifikasi grup.
Catatan ini hampir lengkap ketika 3 tim Liga Inggris berposisi sebagai juara grup. Hanya Chelsea yang secara mengejutkan menjadi juara ke-2 setelah bermain imbang di laga terakhir.
Masuknya 4 tim Liga Inggris di babak 16 besar bisa membahasakan jika dominasi tim-tim Liga Inggris bisa berlanjut lagi pada musim ini. Dominasi ini, pada satu sisi, tak terlalu bagus untuk sebuah kompetesi.Â
Terlebih lagi, popularitas Liga Inggris yang sudah berada di atas liga-liga lainnya. Dominasi di Liga Champions bisa saja terus mengangkat wajah Liga Inggris, dan liga-liga lain terus berada di bawahnya.Â
Pada musim 2020/21, final Liga Champions menyajikan dua tim asal Liga Inggris. Chelsea kontra Manchester City. Hasil final berpihak pada Chelsea. Tiga musim lalu, 2018/19, final antara Tottenham Hotspur kontra Liverpool. Liverpool keluar sebagai juara. Â
Tak menutup kemungkinan skenario musim lalu berulang kembali pada musim ini. Tentu saja, selain bergantung pada performa dan komposisi skuad dari tim-tim Liga Inggris, juga bergantung pada hasil undian yang didapatkan oleh setiap tim pada setiap babak.
Bisa saja, ada tim-tim Liga Inggris yang langsung berhadapan dengan tim-tim kuat di babak 16 besar. Beberapa tim yang berada di posisi ke-2 seperti Inter Milan, PSG, dan Atletico Madrid bisa bertemu tim-tim asal Liga Inggris.Â
Dari segi performa, tim-tim Liga Inggris terbilang yang tampil baik dan bermain pada level yang konsisten. Seperti biasa, Pep Guardiola pasti kembali berupaya untuk memanfaatkan kesempatan pada musim ini untuk meraih trofi Liga Champions.
Empat musim Pep di Man City. Sukses di level domestik, namun mandul di Eropa. Boleh jadi, musim ini menjadi kesempatan terakhir dari klub apabila Pep kembali gagal dengan Man City. Â
Tiga tim Liga Inggris lainnya dilatih oleh tiga pelatih asal Jerman. Jurgen Klopp di Liverpool, Thomas Tuchel di Chelsea, dan Ralf Rangnick yang baru bergabung dengan MU sebagai pelatih sementara.
Menariknya, ketiga pelatih ini mempunyai rekam jejak yang persis sama. Bahkan filosofi bermain dari ketiga pelatih ini serupa. Gaya gegenpressing, yang tak hanya menekankan pola bermain menyerang, tetapi juga membutuhkan pertahanan yang solid.
Gaya ini yang menyebabkan Liverpool menjadi juara tiga musim lalu. Pun, Chelsea yang berhasil meredam dominasi Man City di final musim lalu.
Kerja keras, kecerdikan, dan dedikasi dari ketiga pelatih asal Jerman ini memberikan efek positif bagi tim-tim Liga Inggris.
Hal yang sama pula dihidupi di Bayern Munchen yang sementara dilatih oleh Julian Nagelsmann. Bayern Munchen tampil sebagai tim yang sangat solid di grup berkat pola permainan yang penuh intensitas.
Hemat saya, tantangan terkuat untuk tim-tim Liga Inggris hadir dari beberapa tim ini.
Pertama, Paris Saint Germain karena faktor komposisi skuadnya yang dihuni oleh beberapa bintang berkelas. Kehadiran Messi memberikan nilai plus untuk skuad PSG.
Messi termasuk pemain yang menjadi penyumbang gol untuk PSG di Liga Champions. Total sudah 5 gol yang dilesakan Messi di Liga Champions bersama PSG.
Kendati performa PSG masih naik-turun, termasuk kekalahan dari Man City di kualifikasi grup, namun hal itu tak boleh dijadikan tolok ukur untuk menilai kelemahan PSG.
Bagaimana pun, PSG membutuhkan waktu untuk membangun kekuatan tim agar tampil solid. Apalagi tim yang dihuni oleh banyak bintang dari pelbagai liga dan latar belakang yang berbeda.
Pastinya, Pochettino yang menjabat sebagai pelatih perlu mengevaluasi setiap pemain dari setiap laga yang dimainkan.
Apabila PSG sudah menemukan formula yang tepat dalam menyatukan kekuatan tim, bukan tak mungkin PSG menjadi salah satu pengganggu dominasi Liga Inggris. Â
Lalu, Bayern Munchen yang tampil konsisten selama babak kualifikasi grup. Di tangan Julian Nagelsmann, Munchen tak hanya tampil solid, tetapi juga kian produktif. Tak heran, jika Munchen menjadi salah satu favorit terkuat dalam menantang dominasi tim-tim Liga Inggris di Liga Champions pada musim ini.
Real Madrid patut dipertimbangkan. Kehadiran pelatih veteran Carlo Ancelotti membuat Madrid tampil konsisten. Secara umum, Madrid tampil tak terlalu tampil menarik mata, namun efektivitas dan kesolidannya membuat tim asal ibukota Spanyol ini sementara berada di puncak La Liga Spanyol.
Selain itu, faktor tradisi perlu menjadi pertimbangan tersendiri. Madrid bisa mendapatkan hasil positif walau bermain tak bagus.
Faktor tradisi ini juga dibarengi dengan rekam jejak Carlo Ancelotti. Ancelotti termasuk pelatih yang sudah makan garam di Liga Champions. Sudah mengenal seluk beluk kompetesi ini dengan baik.
Barangkali tiga tim ini yang bisa menantang kekuatan dan dominasi Liga Inggris. Namun, kalau tak ada tim yang kuat menantang dominasi Liga Inggris, ini berarti bahwa kompetesi di Eropa makin berat sebelah.
Dari segi popularitas dan bisnis, Liga Inggris berada di peringat pertama. Liga Inggris dipandang sebagai liga terbaik di dunia.
Kalau tim-tim Liga Inggris kembali mendominasi di Liga Champions seolah mengamini popularitasnya di mata penggemar sepak bola. Secara tak langsung, popularitas Liga Inggris makin terangkat berkat prestasi di level Eropa. Â
Maka dari itu, perlu ada tim yang bisa menantang dominasi ini dengan prestasi agar tidak semua aspek dikuasai oleh salah satu liga semata. Solusi terbaik adalah tim-tim dari liga-liga lain di Eropa perlu mengatasi dominasi Liga Inggris.
Tujuan akhirnya agar persaingan di Eropa makin sehat. Turnamen Liga Champions pun semakin seru karena tim-tim lain dari liga-liga lain ikut menunjukkan kekuatannya di Eropa.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H