Rangnick dipandang sebagai salah satu pelopor gaya gegenpressing yang sementara ini dihidupi oleh Thomas Tuchel di Chelsea dan Jurgen Klopp di Liverpool. Ketiganya pun berasal dari latar belakang yang persis sama.
Keberhasilan Tuchel bersama Chelsea dan Klopp bersama Liverpool seolah memberikan asa baru bagi MU kalau dilatih Rangnick. Tak heran, harapan besar berada di pundak Rangnick dalam mengubah MU agar bisa tampil selevel dengan Chelsea dan Liverpool di Liga Inggris.
Harapan ini pun sepertinya menyempitkan ruang Carrick di MU. Â Carrick yang melatih MU di 3 laga seolah tak diperhitungkan. Bahkan tempatnya kembali berada di asisten pelatih Rangnick.
Barangkali menimbang situasi ini, Carrick memilih untuk pergi dan mengundurkan diri dari MU daripada menjadi asisten pelatih dari Rangnick. Toh, situasi MU pasti akan berbeda daripada yang dialaminya bersama Ole.
Pilihan Carrick undur diri dari MU sangat mengejutkan. Di tiga laga, Carrick berhasil mencatat 2 kemenangan kontra Villareal di Liga Champions dan Arsenal di Liga Inggris dan 1 hasil seri kontra Chelsea.
Menimbang 3 laga ini, Carrick termasuk sukses. Ketiga tim termasuk tim-tim kuat. Akan tetapi, Carrick mampu membuat MU tak terjebak pada situasi sulit setelah Solksjaer dipecat manajemen MU.
Secara umum, Carrick mampu membuat MU tampil pada jalur yang tepat. Keberaniannya dalam mengubah formasi, memainkan atau pun membangkucadangkan para pemain top di MU menjadi catatan positif bagi MU.
Carrick sudah undur diri. Hanya waktu yang bisa mengatakan jika keputusan Carrick ini merupakan petaka bagi MU.
Terlebih lagi, ketika harapan yang disematkan kepada Rangnick tak berjalan sesuai rencana. Bagaimana pun, MU sementara haus gelar.
Anggaran belanja di era Solksjaer tak berbuah satu pun trofi. Tak berlebihan jika suporter kecewa dengan performa Solksjaer.
Kehadiran Rangnick yang mempunyai rekam sejarah yang cukup positif membangkitkan harapan besar di Old Trafford.Â