Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hal-hal yang Membuat ART Bisa Nyaman dan Betah Bekerja

20 November 2021   19:21 Diperbarui: 20 November 2021   19:22 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Asisten Rumah Tangga (ART). Foto: Shutterstock/Vgstockstudio via Kompas.com

Asisten Rumah Tangga (ART) menjadi bagian penting dari sistem rumah tangga. Apalagi kalau suami/ayah dan istri/ibu mempunyai kesibukan masing-masing hingga sulit mengatur soal anak-anak dan urusan rumah.

Tak gampang mencari ART yang betul-betul berdedikasi. Dedikasi di sini melingkupi sikap untuk bekerja dengan sepenuh hati, jujur, tak gengsi, dan mau berkorban untuk melayani.

Umumnya, orang bekerja karena upah yang diperoleh daripada menilai aspek pelayanan dari pekerjaan tersebut.

Namun, tak sedikit ART yang mempunyai dedikasi yang tinggi. Dedikasi itu tercipta sebenarnya bukan saja dari sisi keperibadian ART-nya sendiri, tetapi juga dari perlakuan dan penerimaan dari majikan atau tuan rumah yang mempekerjakannya.

Dalam arti, majikan juga perlu membangun sikap yang memperlakukan ART bukan semata-mata pekerja di rumah, tetapi bagian dari kehidupan di rumah. Dia tak diperlakukan sebagai orang luar, tetapi sebisa mungkin diperlakukan sebagai orang dalam.

Aunty Lisa (Tanta Lisa), demikian orang-orang memanggilnya di desa tetangga. Minggu lalu, saya berkunjung ke rumahnya karena salah satu cucuknya merayakan hari ulang tahun yang ke-4.

Ketika menikmati makanan bersama tetangga dan pemilik rumah, dua orang anak remaja datang bersama Aunty Lisa. Kelihatannya Aunty Lisa menjemput kedua remaja itu di tempat parkir.

Dari tampilan, kelihatannya kedua remaja berasal dari golongan orang kelas atas. Benar saja. Salah satu teman saya memberitahukan kalau kedua anak remaja itu adalah cucu dari salah satu pemilik rumah sakit di provinsi ini.

Saya bertanya hubungan antara Aunty Lisa dengan keluarga itu. Suaminya yang menjawab jika Aunty adalah ART di keluarga itu sudah hampir 20 tahun.

Saya begitu terkejut. Ternyata, Aunty Lisa bekerja sebagai ART.

Menjadi begitu kaget ketika anak-anak yang dibesarkannya dan diasuhnya datang ke rumahnya yang cukup sederhana dan menghadiri acara ulang tahun dari cucunya.

Kehadiran mereka bukan tanpa alasan. Terlihat sudah ada relasi yang tercipta antara Aunty Lisa dengan keluarga itu.

Ya, percakapan mereka begitu dekat. Kedua remaja itu tak memanggil Aunty Lisa bukan dengan sebutan Aunty, tetapi Ina (Ina artinya Mama).

Menurut suaminya, kedua remaja itu sudah diasuh Aunty Lisa sejak mereka masih balita. Selain Aunty Lisa bekerja mengurusi rumah tangga umumnya, dia juga membantu urusan pengasuhan anak. Kedua remaja itu bukti dari pengasuhan Aunty Lisa.

Menariknya, Aunty Lisa juga diperlakukan seperti keluarga. Setiap kali ada acara yang dibuat di rumahnya, keluarga itu seringkali datang. Begitu pun sebaliknya.

Seperti tak ada batas di antara kedua belah pihak.

Lantas, apa yang membuat Aunty Lisa atau seseorang nyaman dan betah bekerja sebagai ART di sebuah keluarga.

Pertama, Perlakuan dari Tuan Rumah/Majikan

Aunty Lisa merasa tak diperlakukan sebagai ART. Dia malah diperlakukan seperti bagian dari keluarga.

Misalnya, apa yang dimakan oleh keluarga itu juga menjadi santapan dari keluarga Aunty Lisa. Ketika keluarga itu keluar dan menikmati makanan di restauran, Aunty Lisa juga dilibatkan laiknya sebagai keluarga.

Karena perlakuan ini, Aunty Lisa merasa nyaman untuk bekerja. Dengan sendirinya, dia memperlakukan rumah dan keluarga itu seperti keluarga. Efek lanjutnya, sangat sulit tak berlaku jujur dalam relasi antara satu sama lain.

Kerap kali terjadi seorang ART cepat meninggalkan tempat kerjanya karena perlakuan yang diterima. Dia tak diperlakukan dengan baik. Bahkan ada yang tak diperlakukan secara manusiawi.

Pendeknya, seseorang ART bisa betah dan nyaman bekerja apabila diperlakukan dalam batas-batas manusiawi. Martabatnya tetap dihargai dan tak sekadar ditakar dari sisi gaji.

Bagaimana pun, perlakuan dari majikan merupakan sebuah bentuk pendidikan tak langsung bagi ART agar bisa bekerja dengan baik. Ketika dia diperlakukan dengan baik, dia bisa merasa bahwa dia diharapkan dan dipercayai untuk memberikan yang terbaik.

Kedua, Perlu Berkomunikasi antara Majikan/Tuan Rumah dengan ART

Relasi antara tuan rumah/majikan dan ART sangat perlu. ART yang datang dan bekerja di rumah tak boleh dipandang sebagai obyek untuk menyelesaikan pekerjaan rumah semata-mata.

Kalau ada kesempatan, perlu adanya komunikasi antara majikan/tuan rumah dengan ART. Komunikasi ini bisa saja mengantarkan kita bisa mengenal tentang latar belakang seorang ART.

Seorang teman mempekerjakan ART baru 6 bulan lalu. ART-nya tamat SMA dua tahun lalu.

Karena kasihan, dia menerima anak itu. Padahal, tahun lalu dia begitu kecewa karena ART pergi tanpa sepengetahuannya. Ternyata ART itu pergi karena sudah hamil.

Untuk ART yang baru ini, dia coba membangun relasi. Ketika mereka bekerja bersama, tak jarang mereka berkomunikasi.

Komunikasi bukan saja soal pekerjaa. Akan tetapi, soal latar belakang dan keluarga dari ART-nya itu.

Dari komunikasi itu, dia jadi tahu kalau dia bekerja di rumahnya hanya sebagai batu loncatan. Menurutnya, dia bisa saja pergi dari rumahnya ketika sudah mendapat jalan bisa pergi ke pulau Jawa karena kakaknya yang sudah lebih dahulu ke sana memintanya untuk ikut bekerja di salah satu panti sosial.

Karena anak itu baik, teman ini berencana untuk menyekolahkannya di bangku kuliah. Ketika teman ini menyampaikan rencananya itu, anak itu terlihat sangsi untuk pergi dari tempatnya.

Apalagi perlakuan darinya begitu baik, berbeda dengan apa yang dialami oleh teman-temannya yang sesama ART. Dia merasa diperlakukan seperti keluarga. Bahkan dia sudah bergaul baik dengan anak-anak dari temannya itu.

Tanpa komunikasi, seorang majikan atau tuan rumah bisa saja tak mengenal ART-nya dengan baik. Relasi jadi hambar, dan pekerjaan juga terselesaikan karena tuntutan kerja semata. Tak boleh heran jika ada pekerjaan yang tak terselesaikan dengan baik.

ART tetaplah seorang pribadi yang perlu dihargai. Keberadaannya tak boleh dipandang sebagai obyek atau pun alat untuk menyelesaikan pekerjaan rumah.

Agar dia bisa betah dan nyaman bekerja, dia perlu diperlakukan dengan baik. Perlakuan yang baik itu bisa menjadi jalan dalam membangun relasi yang baik antara majikan/tuan rumah dan seorang ART.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun