Â
Promosi diri bisa dipahami sebagai upaya untuk memperkenalkan diri kepada publik. Upaya itu bisa dibuat dengan pelbagai macam cara atau memanfaatkan macam-macam wadah.
Untuk konteks politik, promosi diri bisa dibuat lewat kebijakan-kebijakan politik. Sebuah kebijakan politik menjadi efektif apabila sudah tersedia instrumennya.
Bagi sebagaian politikus, instrumen yang bisa dimanfaatkan adalah lewat jabatan politik seperti menjadi kepala daerah atau ditempatkan pada pos sebagai seorang menteri di pemerintahan.
Sangat sulit dielakan ketika seorang politikus yang mempunyai jabatan politik melepaskan diri dari promosi diri. Bagaimana pun, saat orang sudah duduk dan menjabat sebagai kepala daerah, misalnya, kerap ada kecenderungan untuk promosi diri.
Promosi diri bukan saja untuk dirinya sendiri yang berstatuskan sebagai politikus, tetapi juga bagi partai politik yang berada di belakang politikus tersebut.
Makanya, saat seorang politikus gagal mengemban tugasnya di pemerintahan atau melakukan penyelewengan lewat jabatannya, partai politik yang merupakan kendaraannya bisa ikut diseret pada medan celaan dan kritik dari publik.
Hemat saya, tak masalah ketika seorang pejabat yang berstatuskan politikus melakukan promosi diri. Bisa saja, tak menutup kemungkinan orang-orang yang berasal dari kalangan profesional juga melakukan promosi diri lewat kinerjanya di pemerintahan. Â
Status sebagai politikus akan selalu melekat di dalam diri seseorang. Bagaimana pun, seseorang ingin dikenal bukan hanya untuk mencapai jabatan tertentu, tetapi juga mau dikenang sebagai sosok politikus yang positif di mata masyarakat.
Makanya, upaya promosi diri bisa berdampak positif untuk tugas dan jabatan yang diemban seorang politikus. Tentu saja, promosi diri itu dijalankan dengan cara-cara yang positif dan searah dengan program pemerintah para umumnya.
Namun, kalau promosi diri berseberangan dengan program dan langkah pemerintah serta merugikan kepentingan bersama, hal itu bisa menjadi bumerang bagi menteri yang berasal dari kalangan politikus.
Selain bisa didepak, juga popularitasnya bisa tergerus dan namanya bisa tercoreng. Pada titik ini, promosi dirinya gagal. Â
Kecuali kalau politikus itu mengambil jalan berbeda karena tak sepakat dengan pemerintah. Jalannya itu juga mendapat dukungan publik pada umumnya. Di tengah situasi ini, promosi dirinya mungkin tak mendapat simpati dari kalangan pemerintah, tetapi mendapat dukungan dari publik.
Karena itu, sejauh promosi diri berjalan dalam koridor yang tepat, makanya hal itu bisa tak bermasalah. Koridor yang tepat itu, misalnya, tak menimbulkan kerugian publik dan hanya mendapatkan kepentingan pribadi.
Atau dengan kata lain, promosi diri yang hanya mencari popularitas pribadi, tetapi mengabaikan tugas utama sebagai pejabat publik.
Umumnya, promosi diri bisa menjadi cara untuk menggenjot popularitas seorang menteri sekaligus bisa memberi keuntungan bagi program pemerintah.
Maksudnya, seorang menteri yang bekerja sungguh-sungguh menjalankan program dan tugas negara bisa saja mendapat tempat di hati publik. Pendeknya, promosi diri lewat cara kerja daripada keseringan tampil di depan publik tanpa aksi nyata.
Promosi diri seorang menteri itu seperti dua mata koin. Pada satu sisi, seorang menteri bisa mempromosikan dirinya lewat program kerjanya di pemerintahan.
Keberhasilannya menjalankan program-program kerja itu bisa memberikan dampak positif bagi dirinya di mata masyarakat. Masyarakat mengenal seorang menteri lewat gebrakan-gebrakan baru yang memberikan keuntungan, dan bukan sebaliknya. Â
Pada sisi lain, promosi diri ini bisa memberikan dampak positif pada program pemerintah. Program kerja terlaksana berkat kerja keras dari si menteri yang mau mendapat popularitas.
Mau tidak mau, seorang menteri yang mau dikenal oleh publik atau mau mendapat pengakuan publik, dia harus menjalani sungguh-sungguh program pemerintah.
Jadi, sistemnya seperti memberikan keuntungan pada kedua sisi, untuk menteri yang menjabat dan untuk negara.
Kalau promosi diri tanpa upaya kerja keras, program kerja bisa mandek. Ujung-ujungnya, popularitas seorang menteri pun tak terangkat di mata publik.
Dengan ini, promosi diri lewat bekerja sungguh-sungguh di pemerintahan bisa memberikan keuntungan pada aspek popularitas.
Maka dari itu, menteri-menteri yang merasa diri mau terlibat pada kontestasi politik, seperti Pilpres 2024 bisa memanfaatkan momentum di jabatan pemerintahan untuk meningkatkan popularitas.
Promosi lewat jabatan negara. Agar promosi ini berhasil, mereka perlu meningkatkan etos kerja dan menjalani program kerja dengan baik.
Toh, dengan sendirinya masyarakat akan melihat dan menilai sosok siapa yang bekerja sungguh-sungguh dan yang telah mewujudkan program kerja selama menjabat sebagai menteri. Kelak, saat mencalonkan diri pada Pilpres 2024, mereka tak mendapat kesulitan untuk mendapatkan pengakuan publik. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H