Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cara Orangtua Mengajari Anak tentang Hidup Beragama

7 Oktober 2021   19:24 Diperbarui: 14 Oktober 2021   08:50 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak belajar tentang hidup beragama.| Foto: Kompas.com/Ira Rachmawati

Agama menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup harian kita. Termasuk dalam kehidupan berkeluarga.

Barangkali sebagian besar dari kita sudah ditentukan agamanya sejak lahir. Orangtua seolah "memagari" kita untuk memeluk agama yang mereka anuti. Seolah-olah sejak di dalam kandungan, orangtua sudah menetapkan agama dari anaknya kelak.

Dalam tradisi Kristen pada umumnya, untuk mengamini seorang anak sebagai anggota agama, dia mesti melewati sebuah ritus keagamaan. Ini biasa dikenal dengan ritus pembaptisan.

Pembaptisan ini menjadi tanda bahwa seorang anak resmi diterima dalam agama yang dianuti oleh orangtua. Juga, ini menjadi tanda bahwa anak itu menjadi anggota komunitas agama.

Kendati seorang anak sudah dicap sejak lahir dengan agama tertentu, tugas orangtua tidaklah berhenti. Seyogianya, orangtua terus mendampingi seorang anak agar bertumbuh dalam iman seturut dengan agama yang dianutinya.

Umumnya, agama selalu menekankan kebaikan. Pada titik ini, orangtua perlu tahu bagaimana agama yang sudah diwariskan bagi anak bisa bermanfaat bagi hidup anak itu dan relasinya dengan sesama yang lain.

Beberapa cara orangtua agar bisa mengajari anak menjalankan kehidupan agamanya dengan baik dan benar.

Pertama, Kesaksian hidup orangtua sangat penting.

Mengajari tentang agama itu mulai dari orangtua. Orangtua bukan saja sebagai pewaris agama yang dianuti anak, tetapi dia menjadi pengajar anak itu sendiri.

Ilustrasi keluarga berdoa. Foto: Nicole Michalou via Pexels.com
Ilustrasi keluarga berdoa. Foto: Nicole Michalou via Pexels.com

Pendidikan tentang agama menjadi ampuh diajarkan tidak hanya lewat buku-buku keagamaan, cerita-cerita orang-orang suci, atau pun lewat kesetiaan mengikuti perayaan-perayaan keagamaan.

Pendidikan agama itu bisa diajarkan lewat cara hidup orangtua. Kesaksian hidup orangtua sebagai orang beragama sangat perlu ditunjukkan dalam kehidupan berkeluarga. Tujuannya, agar anak bisa mengikuti jejak yang sama.

Kesaksian hidup bukan sekadar soal kesetiaan mengikuti ritus keagamaan seturut hari atau waktu yang telah ditetapkan agama. Akan tetapi, kesaksian hidup berupa cara hidup harian yang mengikuti nilai-nilai keagamaan.

Misalnya, kesaksian hidup untuk tidak bermain judi. Orangtua seyogianya tidak mempraktikan hal ini karena ini umumnya bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan.

Menjadi sulit mengajarkan anak ketika orangtua tak menghidupi nilai-nilai keagamaan yang diajarkan. Persoalannya, ketika orangtua meminta anak untuk mengikuti kegiatan keagamaan tertentu ataupun menghargai kehidupan keagamaan. Anak pasti sulit mengikuti karena mereka tidak menemukan kesaksian hidup seturut apa yang diperintahkan.

Apabila orangtua tak memiliki kesaksian hidup keagamaan yang baik, hal itu bisa memengaruhi pandangan anak tentang agama yang dianuti. Pasalnya, mereka tidak melihat bukti nyata antara pesan agama dengan cara hidup harian.

Agar anak bisa menghargai agama yang dianutinya, orangtua perlu menunjukkan kesaksian hidup seturut pesan-pesan luhur dari agama yang dianuti.

Kedua, Berdoa bersama sebagai keluarga.

Berdoa menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup beragama. Ketika orang tak berdoa, pada saat itu dia seolah berhenti dari statusnya sebagai orang bergama.

Lantas, dalam konteks keluarga, berdoa mesti menjadi bagian yang tak terpisahkan. Keluarga seharusnya memberikan waktu untuk berdoa bersama. Bukan saja menunggu perayaan besar baru berdoa bersama sebagai satu keluarga.

Saya masih ingat yang disampaikan oleh pemimpin Agama Katolik, Paus Fransiskus saat melakukan pertemuan dengan utusan keluarga-keluarga di Manila. Beliau mengatakan bahwa "keluarga yang berdoa bersama, akan selalu tinggal bersama."

Berdoa bersama itu menjadi momen kebersamaan keluarga. Bersama-sama sebuah keluarga menyampaikan intensi kepada Sang Khalik agar persatuan sebagai keluarga tetap terjaga.

Selain itu, berdoa bersama itu bisa dijadikan keseharian dari kehidupan berkeluarga. Misalnya, pergi beribadah bersama-sama. Atau juga, saat makan bersama, berdoa bersama menjadi bagian yang perlu.

Berdoa bersama menjadi salah satu cara orangtua mengajarkan hidup beragama bagi anak-anak.

Ketiga, Mengarahkan anak untuk menghargai agama lain.

Agama itu beraneka rupa. Namun, satu hal yang pasti bahwa dari setiap agama yang ada di muka bumi, ajaran tentang kebaikan menjadi salah satu kata kunci. Apabila dalam satu agama ada pengajaran tentang kebaikan, begitu pula pada agama berbeda.

Barangkali yang berbeda adalah bagaimana seorang penganut mewujudnyatakan kebaikan itu seturut agama yang dianuti. Kebaikan itu adalah bahasa universal dan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup bergama.

Bertolak dari kenyataan ini, menghargai agama lain merupakan hal yang perlu diajari. Penghargaan ini pun merupakan cara mewujudnyatakan nilai-nilai kebaikan yang tergaris dalam agama yang dianunit.

Hal ini bisa bermula dari cara pandang orangtua. Orangtua seyogianya memiliki pengetahuan yang cukup tentang perbedaan yang terjadi. Pengetahuan ini bertujuan agar orangtua bisa mengarahkan anak pada pandangan yang positif tentang agama berbeda dan menjauhi segala stereotip negatif.

Perbedaan dalam kehidupan beragama mesti dilihat dengan pikiran terbuka. Pikiran terbuka tercipta lewat pengetahuan dari sumber-sumber yang terpercaya dan tak menyesatkan. Dengan pengetahuan itu, orangtua bisa mengarahkan anak untuk bisa menghargai perbedaan dan bukannya takut dengan perbedaan itu.

Agama merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan berkeluarga. Kita perlu menghargainya. Maka dari itu, orangtua harus mempunyai kemampuan mengajarkan anak ke jalan hidup beragama yang benar dan baik.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun