Kemenangan besar Manchester City kontra RB Leipzig (6-3) dalam laga fase grup Liga Champions menyisahkan pelbagai cerita. Drama 9 gol ini paling tidak menampilkan sisi lain dari gaya kepelatihan Pep Guardiola.
Di pinggir lapangan, Pep termasuk pelatih yang aktif memberikan instruksi kepada para pemain. Tak biasa tinggal tenang.
Ketika terjadi sesuatu yang tak beres di lapangan, pelatih asal Spanyol ini segera mendekati garis pinggir lapangan dan memberikan instruksi dengan sesekali menggerakan tangannya kepada pemain di lapangan.
Setiap pelatih mempunyai gayanya masing-masing. Tak bisa dipungkiri bahwa gaya seorang pelatih juga bisa memberikan energi bagi para pemain yang sementara beraksi di lapangan.
Pep tertangkap kamera berteriak kepada dua orang pemainnya, Jack Grealish dan Riyadh Mahrez di pinggir lapangan. Ini terjadi ketika babak pertama berakhir. Bukannya langsung pergi ke ruang ganti, Pep mengkonfrontasi kedua pemain itu di pinggir lapangan.
Pep beralasan kalau kedua pemainnya itu terlihat kurang berkontribusi dalam hal bertahan. Kecenderungan mereka menyerang, tetapi kurang berpartisipasi dalam pertahanan. Menariknya, kedua pemain itu masing-masing menyumbangkan 1 gol untuk Man City.
Gaya Pep dalam memberikan instruksi memang berbeda. Kalau seorang pemain tak kuat mental, gaya itu bisa berakibat pada perselisihan antara pemain dan pelatih.
Tak hanya itu. Selepas laga, Pep menyampaikan harapannya untuk suporter. Dia berharap agar lebih banyak suporter untuk mengisi stadion pada lanjutan laga Liga Inggris pekan ke-5. Man City akan berhadapan dengan Southampton pada pekan ini.
Komentar ini tentu saja mengundang dukungan fans bagi timnya. Bagaimana pun, suporter yang kerap identik dengan pemain ke-12 selalu memberikan energi positif bagi pola permainan tim.
Memang, semenjak masa korona, kehadiran suporter mengalami pembatasan. Baru akhir-akhir ini, otoritas kesehatan Inggris mengijinkan kehadiran suporter di stadion.
Kehadiran suporter memberikan warna tersendiri dalam pertandingan sepak bola. Bahkan para pemain sendiri mengakui efek yang dihadirkan ketika para suporter berada di lapangan.
Barangkali ini juga menjadi alasan Pep dalam mengomentari kehadiran suporter di Etihad. Pep membutuhkan suporter guna mendukung anak-anak asuhnya saat bertemu dengan Southampton.
Apalagi menurut mantan pelatih Barcelona dan Bayern Munchen ini, Man City memiliki keterbatasan waktu dalam persiapan menghadapi laga pada Liga Inggris. Hanya 3 hari selepas laga di Liga Champions.
Belum lagi persoalan kelelahan pemain. Maka dari itu, dukungan para suporter sangat dibutuhkan untuk meningkatkan energi para pemain yang tergerus selama laga di Liga Champions.
Akan tetapi, pernyataan Pep ini mendapat kritikan dari suporter. Melansir Goal.com (17/9), komentar Pep mendapat sorotan dan kritik dari sebagian suporter. Barangkali mereka merasa tak dihargai karena mereka sebenarnya sudah berada di lapangan mendukung Man City saat bertemu dengan RB Leipzig.
Sebenarnya dalam laga kontra RB Leipzig, stadion Etihad dipenuhi oleh 38,062 penonton dari 53,500 kapasitas stadion.
Sisi komisi suporter resmi Man City menyatakan bahwa stadion tak bisa diisi penuh karena berhubungan dengan pandemi dan dampak keuangan karena pandemi. Jadi, peluang untuk mengisi penuh stadion masih cukup sulit.
Walau dikritik oleh suporter Man City, Pep menolak untuk menyampaikan permohonan maaf atas pernyataannya. Menurutnya, pernyataannya diterjemahkan secara salah.
Lebih jauh, Pep menilai bahwa apa yang disampaikannya juga pernah disampaikan sewaktu dia melatih di Barca dan Bayern. Dia meminta para suporter untuk datang ke stadion dan menyaksikan timnya bermain.
Baginya laga Man City kontra Southampton termasuk laga yang sulit. Makanya, dukungan dari suporter sangat diperlukan agar para pemain tetap menjaga level permain terbaik mereka, sebagaimana yang mereka tunjukkan saat berhadapan dengan RB Leipzig.
Gaya Pep bukan saja diutarakan kepada para pemain. Secara terbuka juga dia menyampaikan apa yang dipikirkan kepada publik. Kalau tak terbiasa, gayannya itu bisa diterjemahkan secara salah.
Yang pasti gayanya itu bertujuan demi kebaikan klub. Dia menginginkan agar timnya tetap tampil maksimal, tidak hanya lewat para pemain sendiri, tetapi lewat dukungan dari suporter yang berada di stadion.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H