Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Persoalan Arsenal yang Harus Dipecahkan oleh Mikel Arteta

23 Juli 2021   09:30 Diperbarui: 23 Juli 2021   09:46 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arsenal mengakhiri kompetesi musim 2020/21 lalu di posisi 8. Karena ini, Arsenal tidak berlaga di kompetesi Eropa, baik itu Liga Champions maupun Piala Eropa.

Tentu saja, ini merupakan situasi yang cukup menyakitkan untuk suporter Arsenal. Pasalnya, Arsenal termasuk tim yang langganan berlaga di kompetesi Eropa.

Semakin menyakitkan hati ketika Arsenal kalah pamor dengan Leicester City yang berada di posisi ke-5 dan West Ham di posisi ke-6. Dari sisi kompetesi, keberadaan Leicester dan West Ham di 6 besar merupakan hal yang positif. Kompetesi bukan dominasi klub-klub tertentu saja. 

Namun, bagi Arsenal ini adalah situasi yang cukup memprihantinkan. Arsenal bukan lagi tim 6 besar, apalagi 4 besar. Ada penurunan status yang cukup mencemaskan bagi suporter.  

Kendati demikian, Arsenal masih begitu sabar pada performa pelatih tim, Mikel Arteta. Tak ada kabar angin yang menunjukkan pada pemecatan pelatih asal Spanyol itu. Fakta sebaliknya, Arsenal masih tetap setia pada Arteta pada musim kompetesi 2021/22.

Kesabaran Arsenal ini patut diacungi jempol. Bisa saja Arsenal menilai bahwa proyek Arteta masih butuh waktu untuk membuahkan hasil yang positif.

Akan tetapi, kesabaran itu patut dipertanyakan ketika menimbang laga persahabatan Arsenal kontra Hibernian. Secara mengejutkan Arsenal kalah 1-2 dari Hibernian (14/7/21). Padahal, beberapa pemain inti seperti Alexandre Lacazette, Nicolas Pepe, dan Thomas Partey  bermain pada laga ini.

Arsenal mendominasi laga kontra Hibernian. Namun, persoalan lama tetap terjadi. Sering menguasai laga, Arsenal tidak akurat dalam membuat penyelesaian akhir.

Sama halnya dalam laga persahabatan saat berhadapan dengan tim yang diasuh oleh Steven Gerrard. Rangers. Arsenal menguasai bola 62 % dan melakukan banyak operan 598 sementara Rangers hanya 379.

Namun, Arsenal malah ditahan imbang 2-2 oleh Rangers. Dengan ini, penguasaan bola ala Arsenal tidak efektif karena Arsenal malah bobol 2 gol oleh Rangers.

Situasi ini kerap terjadi di musim lalu. Arsenal sering mendominasi laga. Namun, dominasi itu tidak dibarengi dengan hasil kemenangan. Malahan, dominasi itu berujung pada kekalahan Arsenal.

Persoalan ini harus dipecahkan. Mendominasi laga bukanlah tolok ukur untuk mencapai prestasi sebuah tim. Yang paling penting adalah gol ke gawang lawan yang bisa mengakhiri laga dengan kemenangan, atau pun menjauhi tim dari kekalahan.

Memang, Arsenal sudah dikenal sebagai tim yang kerap mendominasi laga dengan permainan bola dari kaki ala Tika-taka. Sudah terjadi semenjak era Arsene Wenger.

Pola ini tetap bertahan sampai kedatangan Arteta. Apalagi Arteta belajar banyak dari Pep Guardiola di Manchester City. Tak heran, pola penguasaan bola dari permainan ala Tika-Taka juga melekat di kubu Arsenal.

Tidak salah dengan pola permainan ini karena ini bisa menunjukkan identitas tim. Namun, permainan ini menjadi batu sandungan ketika tidak dibarengi dengan hasil yang positif di lapangan.

Juga, pola permainan yang mendominasi laga ini malah keropos karena lawan gampang mencetak gol, terlebih khusus lewat serangan balik. Sebenarnya, pola permainan ini mengandaikan pertahanan yang kuat di lini belakang dan selalu sigap mengantisipasi serangan tiba-tiba dari tim lawan.

Ketika pola permainan tika-taka ini tidak dibarengi oleh lini belakang yang kokoh, tim lawan gampang mencari celah dan melakukan serangan balik.

Barangkali Arsenal perlu keluar dari pola permainan dari yang cenderung menguasai bola. Mencoba gaya permainan baru seperti gaya Gegenpressing ala Jurgen Klopp di Liverpool atau juga gaya permainan di Liga Inggris umumnya, Kick and Rush.

Pendeknya, Arteta mencari gaya yang memang cocok dengan tipe dan karakter dari para pemain yang dimiliki. Tak memaksakan gaya kepada pemain, tetapi lebih menyesuaikan gaya permainan seturut tipe para pemain yang dimiliki.

Arsenal memulai kompetesi Liga Inggris musim 2021/22 dengan menghadapi tim pendatang baru, Brentford. Laga ini dinilai tepat untuk menaikkan moralitas para pemain dalam menghadapi musim kompetesi baru. 

Arteta harus bekerja ekstra keras untuk menghindari kekalahan atau pun mencuri poin penuh dari laga ini. Kerja keras akan berbuah apabila Arteta berhasil menemukan formula yang tepat dalam memecahkan persoalan klasik Arsenal yang terjadi pada beberapa musim terakhir.

Salah satu caranya adalah meninggalkan gaya permainan yang tidak membuahkan hasil positif, dan mulai berpikir untuk mencari gaya permainan yang cocok dengan para pemain di dalam tim.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun