Menariknya, kendati kedua pelatih ini tidak serta merta mengikuti alur dari kritik-kritik dari luar lapangan. Keduanya cenderung membela pemain yang disoroti dan mempertahankan kualitas tim.
Ketika Morata disoroti karena gagal memanfaatkan peluang yang seharusnya berbuah gol, Enrique malah membelanya.
Bukannya menepikan Morata, Enrique malah membela pemain Juventus itu. Enrique memberikan jaminan kalau Moratta akan mencetak gol di laga-laga berikutnya.
Begitu pula, Southgate yang cenderung tidak terlalu terganggu dengan pelbagai pendapat dari luar lapangan. Bahkan Southagate malah melakukan pemilihan pemain yang cenderung mengejutkan.
Alih-alih berpikir bahwa Jadon Sancho, pemain muda yang bermain Dortmund bisa diturunkan untuk membantu lini serang, malah Southgate lebih memilih pemain muda yang bermain untuk Arsenal, Buyako Saka.
Juga, kalau ditimbang-timbang, Kane yang mandul di 3 laga seharusnya ditepikan. Inggris tidak minim striker.
Southagate bisa memanfaatkan Marcus Rashford untuk menggantikan peran Kane. Namun, Southgate tetap pada pendirian untuk memainkan Harry Kane. Â
Enrique dan Southgate mengambil resiko besar. Resiko tidak terlalu terganggu pada opini publik dalam hal menyeleksi pemain.
Resikonya adalah mereka siap dikritik. Bahkan nasib mereka di bangku pelatih bisa terancam.
Namun, situasi perlahan berubah. Spanyol dan Inggris sama-sama maju ke partai perempat final.