Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Belajar dari Luis Enrique dan Gareth Southgate Saat Menghadapi Kritik Publik

30 Juni 2021   07:38 Diperbarui: 30 Juni 2021   11:53 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gareth Southgate tengah mendengarkan pertanyaan wartawan dalam jumpa pers jelang laga Montenegro vs Inggris di Stadion Podgorica, 24 Maret 2019. (AFP/ANDREJ ISAKOVIC via KOMPAS.com)

Pelatih timnas Spanyol, Luis Enrique dan pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate menghadapi situasi yang hampir sama sebelum perhelatan Euro 2020.

Situasi itu berhubungan dengan soal seleksi pemain yang diikutsertakan dalam Piala Eropa. Memang susah untuk memilih di antara banyak pemain yang berkualitas.

Juga, selera setiap orang berbeda. Seorang pelatih pasti bukan memilih berdasar pada selera semata, tetapi faktor-faktor lain seperti taktik dan kondisi pemain yang dipilih.  

Cara yang dibuat Enrique dan Southgate hampir serupa. Memilih pemain bukan berdasar pada popularitas nama pemain dan klub yang dibela. Umumnya, berdasarkan pada kualitas individu.

Tentu saja, kualitas individu itu selaras dengan taktik yang mau dimainkan. Jadi, tidak sekadar pilih pemain.

Contohnya, Enrique yang berani meninggalkan Sergio Ramos. Ramos masih dikenal sebagai bek tangguh di daratan Eropa.

Secara mengejutkan Enrique menepikan Ramos dan lebih memilih Eric Garcia yang jarang diturunkan oleh Pep Guardiola di Manchester City. Sama halnya dengan memilih patnernya, Laporte yang sudah kalah pamor dengan Ruben Dias dan John Stones di Manchester City.

Tak sedikit pihak yang sangsi atas pilihan Enrique. Akan tetapi, Enrique tolak tunduk pada asumsi-asumsi dari luar lapangan.

Hal yang sama terjadi hingga perhelatan Piala Eropa. Luis Enrique disoroti atas performa Morata di depan gawang lawan. Belum lagi hasil imbang yang diperoleh timnas Spanyol pada dua laga pertama Euro 2020.

Sama halnya dengan Gareth Southgate. Dia juga disoroti atas seleksi pemain di dua laga pertama. Misalnya, pemilihan Phil Foden masuk skuad di laga kedua, namun Foden tidak tampil efektif di laga pertama.

Belum lagi, kesetiaan Southgate pada Kane yang mandul di 3 laga pertama. Kane baru pecah telur dengan mencetak gol ke gawang Jerman. Gol Kane ke gawang Jerman sangat krusial karena itu mengamankan langkah Inggris ke babak 8 besar.

Menariknya, kendati kedua pelatih ini tidak serta merta mengikuti alur dari kritik-kritik dari luar lapangan. Keduanya cenderung membela pemain yang disoroti dan mempertahankan kualitas tim.

Ketika Morata disoroti karena gagal memanfaatkan peluang yang seharusnya berbuah gol, Enrique malah membelanya.

Bukannya menepikan Morata, Enrique malah membela pemain Juventus itu. Enrique memberikan jaminan kalau Moratta akan mencetak gol di laga-laga berikutnya.

Gareth Southgate saat bertemu Jerman dalam babak 16 besar Piala Eropa. Sumber foto: Getty Images via Goal.com
Gareth Southgate saat bertemu Jerman dalam babak 16 besar Piala Eropa. Sumber foto: Getty Images via Goal.com
Benar saja, Morata berhasil mencetak gol. Bahkan Morata berhasil mencetak gol penting ke gawang Kroasia di menit perpanjangan waktu pada babak 16 besar.

Begitu pula, Southgate yang cenderung tidak terlalu terganggu dengan pelbagai pendapat dari luar lapangan. Bahkan Southagate malah melakukan pemilihan pemain yang cenderung mengejutkan.

Alih-alih berpikir bahwa Jadon Sancho, pemain muda yang bermain Dortmund bisa diturunkan untuk membantu lini serang, malah Southgate lebih memilih pemain muda yang bermain untuk Arsenal, Buyako Saka.

Juga, kalau ditimbang-timbang, Kane yang mandul di 3 laga seharusnya ditepikan. Inggris tidak minim striker.

Southagate bisa memanfaatkan Marcus Rashford untuk menggantikan peran Kane. Namun, Southgate tetap pada pendirian untuk memainkan Harry Kane.  

Enrique dan Southgate mengambil resiko besar. Resiko tidak terlalu terganggu pada opini publik dalam hal menyeleksi pemain.

Resikonya adalah mereka siap dikritik. Bahkan nasib mereka di bangku pelatih bisa terancam.

Namun, situasi perlahan berubah. Spanyol dan Inggris sama-sama maju ke partai perempat final.

Spanyol berhasil mengandaskan perlawanan kuda hitam, Kroasia. Sementara itu, Inggris mengalahkan tim kuat Jerman.

Kemenangan ini seolah membungkam mulut-mulut cerewet dari luar lapangan. Dalam ketegasan, Enrique berhasil membangun tim yang terdiri dari pemain yang tak terlalu dikenal secara umum.

Sementara itu, Southgate berhasil meramu para pasukan mudanya tanpa terlalu peduli pada usulan-usulan untuk memainkan pemain-pemain tertentu.

Enrique dan Southgate bisa saja bertemu. Tentu saja, di partai final.

Keduanya akan membuktikan bahwa untuk meraih juara harus tolak tunduk pada suara-suara cerewet dari luar lapangan dan selalu berkomitmen untuk menjalankan tugas sebagai pelatih.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun