Tantangannya, mereka bisa saja tidak mendapat pekerjaan karena bergantung pada tawaran dan kebutuhan. Bersyukur kalau secara pribadi mereka sudah dikenal pandai dan telaten. Tak sulit untuk mendapat tawaran.
Kalau sudah mendapat reputasi negatif di mata orang-orang, tawaran akan sulit datang. Jadinya, menanti tawaran yang memang sudah tidak ada pilihan lain. Â
Pandemi korona menjadi tantangan berat bagi para ayah yang bekerja sebagai pekerja bangunan. Pembatasan berupa karantina yang dibuat membuat ruang gerak mereka ikut dibatasi. Bahkan di beberapa tempat, mereka tidak diijinkan untuk bekerja. Â
Jadinya, mereka harus tinggal di rumah. Dirumahkan berarti kehilangan pendapatan. Kehilangan pendapatan berujung pada tidak adanya pasokan bahan kebutuhan harian untuk keluarga.
Harapan akhirnya pada bantuan sosial dari pemerintah. Itu pun kerap kali tidak cukup.Â
Karenanya, banyak yang mengeluh. Ada pula yang nekat untuk mencari peluang kerja di tempat lain guna mengatasi persoalan yang terjadi.
Merayakan hari ayah mengingatkan pada perjuangan para ayah di tengah masa pandemi. Ketidakadaan pekerjaan dan kehilangan pendapatan membuat ayah yang merupakan fondasi keluarga harus berjuang keras.
Sampai saat ini, pandemi korona tetap menjadi tantangan yang cukup serius bagi para ayah, termasuk para ayah yang hanya berharap pada pendapatan harian.Â
Saat ada penduduk desa yang dinyatakan positif, desa harus diisolasi. Mereka pun harus menerima kenyataan tidak keluar rumah untuk pergi bekerja.
Akibatnya, mereka kehilangan pendapatan. Dan, seolah tinggal dalam ketidakpastian.
Hari ayah yang dirayakan pada hari ini di Filipina bisa menjadi peringatan akan perjuangan para ayah di tengah pandemi korona. Sebagai fondasi keluarga, mereka menginginkan situasi yang mendukung agar fondasi itu tetap kuat.