Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

3 Sikap yang Perlu Dibangun Jika Karier Istri Lebih Tinggi daripada Suami

24 April 2021   18:14 Diperbarui: 26 April 2021   15:16 1681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali sebagian dari antara kita masih hidup dalam konteks budaya, di mana kaum pria mesti berperan dominan dari kaum perempuan. Budaya patriarkat. Konteks budaya ini kerap kali membatasi ruang ekspresi kaum perempuan.

Pembatasan itu pun terjadi di ruang relasi antara antara suami dan istri. Di keluarga. Suami harus berperan dominan daripada istri. Suami harus menjadi pencari nafkah dan pengambil keputusan, sementara istri mesti tunduk dan mengurusi urusan rumah tangga.

Ketika situasi berbanding terbalik, bisa muncul sikap sinis. Sikap sinis itu bisa ditujukan kepada laki-laki yang dinilai gagal berperan sebagai suami untuk istri dan pencari nafkah untuk keluarga.

Bahkan, sikap sinis itu juga berlaku untuk kaum perempuan/istri yang terlihat berperan aktif dan dominan daripada kaum laki-laki atau suaminya. Semacam ada ketidaknyaman ketika istri lebih berkembang daripada suami.

Peran aktif dan dominan seorang istri bukanlah persoalan yang perlu dicela. Tidak masalah kalau kaum perempuan memainkan peran sebagaimana kaum laki-laki lakukan. Bahkan tidak masalah, jika karier dan kinerja seorang istri melebihi suaminya.

Prinsipnya, berkarier merupakan ekspresi diri. Kaum perempuan yang berposisi sebagai istri dan ibu juga perlu mengekspresikan diri, termasuk lewat karier di dunia kerja.

Maka dari itu, kaum laki-laki (suami) dan masyarakat pada umumnya perlu mempunyai disposisi diri yang positif dalam menghadapi situasi ini. Paling tidak, tiga sikap yang seyogianya dimiliki ketika karier istri lebih berkembang dan maju daripada suami.

Pertama, Tidak Perlu Merasa Terancam Jika Karier Istri Lebih Maju

Kemajuan seorang pasangan mesti menjadi kebahagiaan bersama. Saat karier suami berkembang, istri pasti senang dan bangga.

Begitu pula, saat karier istri lebih tinggi daripada karier suami. Suaminya juga ikut senang dan merasa keberhasilan itu sebagai keberhasilannya juga.

Makanya, tidak perlu merasa terancam jika karier istri lebih maju daripada suami. Merasa diri terancam hanya menciptakan jarak. Tidak nyaman dalam berelasi. Bahayanya, saat istri yang seyogianya dinilai sebagai partner untuk melengkapi kehidupan berkeluarga lebih dipandang sebagai ancaman.

Pandangan ini tentu sangat keliru. Tidak baik untuk kehidupan berkeluarga. Ini bisa memunculkan ketidaknyamanan dalam berelasi. Bahkan kecurigaan pun akan muncul, dalam mana melihat keberhasilan seorang istri dari perspektif negatif.

Merasa diri terancam karena karier seorang istri seharusnya dihapus dari pikiran. Lebih baik melihat keberhasilan seorang istri sebagai kekayaan dalam hidup berumah tangga.

Karier istri maju dan meningkat, suami pun harus berbahagia dengan kenyataan itu. Sekiranya, seorang suami juga perlu belajar dari istrinya bagaimana mencapai karier yang sukses.

 

Kedua, Dukung Istri dengan Aksi Positif

Relasi suami dan istri harus diwarnai oleh dukungan. Dukungan timbal balik. Dukungan di antara satu sama lain tanpa kepentingan tertentu. Ketika karier istri meningkat, suami perlu mendukung dengan aksi positif.

Misalnya, sebagian pekerjaan rumah tangga perlu diambil alih oleh suami tanpa merasa menjadi lebih rendah daripada istri. Jika sama-sama bekerja, pekerjaan rumah tangga dibagi rata.

Hal ini merupakan upaya untuk mendukung istri agar dia tidak terbebankan antara situasi rumah dan karier yang sementara digeluti.

Tetangga saya di Filipina beristrikan seorang guru. Dia sudah lama menganggur selepas pekerjaannya di luar negeri. Tinggal saja di rumah.

Setiap pekerjaan rumah dia ambil. Mulai dari cuci baju, masak, dan antar jemput istrinya ke sekolah.

Tidak menjadi masalah. Malahan, relasi terlihat akrab. Istrinya bisa fokus dengan pekerjaannya, apalagi di tengah masa pandemi tanpa dibebankan oleh situasi rumah. Suaminya yang sudah lama meninggalkan pekerjaannya di luar negeri mengambil peran di rumah.

Suaminya mengambil cara-cara yang positif dalam mendukung istrinya. Dengan cara-cara ini, istrinya bisa fokus dengan pekerjaannya. Ujung-ujungnya, relasi di antara keduanya berjalan baik dan tanpa konflik.

Ketiga, Selalu Apresiasi Karier dan Pekerjaan Seorang Istri

Kadang-kadang di halaman media sosial, saya mendapatkan postingan suami yang mengapresiasi karier dan pencapaian istri mereka. Beberapa di antaranya mempunyai karier yang lebih rendah daripada yang dimiliki oleh para istri mereka.

Apresiasi merupakan bentuk dukungan. Bentuk dukungan itu mesti menyata lewat kata-kata dan perbuatan. Tidak boleh malu dan enggan untuk memuji istri yang mencapai titik karier tertentu.

Pujian bisa menyalurkan energi positif kepada seorang istri. Dia tidak merasa sendiri dalam mencapai dan menjalani karier di dalam hidupnya. Ada suami yang mendukungnya.

Juga, apresiasi merupakan bentuk pengakuan pada kemampuan seorang istri. Bagaimana pun, seorang laki-laki atau suami perlu mengakui kelebihan seorang istri.

Pengakuan ini bukan berarti seorang laki-laki lemah di hadapan perempuan. Akan tetapi, pengakuan merupakan bentuk penghargaan pada kelebihan, usaha, dan pencapaian seorang perempuan yang berposisi sebagai istri dan ibu di dalam keluarga.

---

Ketika karier seorang istri lebih tinggi, para suaminya sekiranya melihat itu dengan pandangan dan tingkah laku positif. Pandangan dan tingkah laku positif bisa menunjukkan bahwa pencapaian seorang istri tak lepas dari keberadaan seorang suami dan keluarga pada umumnya.

Baca juga: 2 Hal yang Perlu Dihindari agar Tak Melukai Batin Perempuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun