Hal yang sama bisa saja terjadi di iklim politik Indonesia. Isu-isu politik hadir untuk sekadar memanaskan situasi berpolitik. Isu-isu itu juga hadir untuk membangun opini publik yang bisa menjadi batu sandungan bagi obyek dari yang diisukan.
Tak masalah kalau isu-isu politik berisi hal-hal positif. Namun, kalau isu-isu politik itu hanya berisi hal-hal negatif, itu bisa menciptkan pikiran dan pola laku yang salah di mata masyarakat. Jadinya, berpolitik pun menjadi tidak sehat.
Filipina sementara berada putaran isu tentang majunya anak presiden menjadi calon presiden 2022. Tak masalah kalau dilihat dari asas demokrasi. Siapa pun patut maju berpolitik, termasuk maju kontestasi pilpres.
Namun, sekiranya isu-isu seperti itu tidak terlalu menjadi fokus berpolitik. Yang paling penting adalah bagaimana masyarakat bisa belajar berpolitik agar masyarakat memahami mengapa sosok-sosok tertentu maju dalam kontestasi. Bukannya, masyarakat hanya melihat bahwa yang maju dalam kontestasi hanya sekadar untuk mencari kekuasaan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H