Liverpool terperosok ke posisi 8 klasemen sementara Liga Inggris. Sudah keluar dari zona liga champions dan Piala Eropa. Kondisi ini memang belum final. Liverpool masih mempunyai kesempatan untuk memperbaiki diri.
Bagaimana pun, situasi ini cukup menyakitkan sekaligus mengusik pikiran suporter Liverpool. 4 kekalahan dari 5 laga terakhir di Liga Inggris. Harapan untuk mempertahankan trofi sudah amblas.
Untuk berpikir meraih trofi Liga Inggris memang mustahil. Kendati kalah dari Manchester United dini hari tadi (8/3), Manchester City tetap menjadi favorit tunggal meraih trofi Liga Inggris pada musim ini. Dengan demikian, Liverpool harus pasrah merelakan trofi Liga Inggris ke Man City.
Untuk meraih tempat di zona liga Champions pada musim ini masih terbuka lebar. Namun, itu menjadi sulit ketika menimbang ketidakstabilan Liverpool di Liga Inggris. Seolah tidak ada perbaikan yang signifikan.
Jurgen Klopp terlihat kehilangan daya magisnya. Hanya tercenung melihat anak-anak asuhnya yang ompong di depan dan keropos di lini belakang.
Liverpool begitu lemah pada beberapa pertandingan terakhir di Liga Inggris. Di dua pertandingan terakhir, Liverpool dilibas dengan masing-masing 1 gol tanpa balas. Kekalahan tipis yang cukup mengiris hati. 5 tahun masa Klopp berada di kursi pelatih, musim ini seolah mengalami titik balik yang cukup parah.
Liverpool seperti kehilangan daya menjadi tim yang ditakuti Liga Inggris. Satu demi satu tim bukan hanya tim kuat di Liga Inggris bisa mengalahkan Liverpool.
Terakhir Fulham pada laga kemarin (7/3/21). Satu gol yang bersarang ke gawang Liverpool sudah membuat Liverpool meranah. Tak berdaya. Posisi Liverpool di klasemen makin terperosok.
Lebih jauh, stadion kebanggaan Liverpool, Anfield pun tidak lagi angker. Anfield menjadi ramah untuk tim-tim lawan.
68 rekor tak terkalahkan pecah di tangan Burnley pada awal bulan Februari. Namun kekalahan itu bukan yang terakhir. Bukannya Liverpool menjaga dan segera mengembalikan keangkeran Anfield, para pemain Liverpool malah terus menodainya.
Kekelahan kontra Fulham menjadi kekalahan ke-6 berturut di Anfield. Catatan yang cukup mengecewakan. Beruntung para suporter belum diijinkan untuk menyaksikan laga di stadion. Kalau tidak, celaan dan olokan harus siap diterima oleh para pemain yang telah meruntuhkan keangkeran Anfield sebagai rumah berharga para Liverpudian.
Sejauh ini, Anfield bukan lagi rumah yang nyaman bagi Liverpool untuk menunjukkan kekuatannya dan keganasannya. Anfield terlihat menjadi tempat yang tidak menakutkan bagi tim-tim dari Liga Inggris.
Anfield tidak lagi angker. Ini membahasakan situasi Liverpool yang sementara berada di titik terendah. Mentalitas tim sementara jatuh. Kejatuhan ini bisa menjadi tanda-tanda yang tidak baik bagi perjalanan Liverpool. Sejarah masa lalu bisa kembali berulang. Â Â
30 tahun Liverpool menanti juara Liga Inggris. Penantian itu berakhir pada musim lalu. Penantian itu tidak hanya berakhir, namun mentalitas Liverpool juga kembali pada posisi yang tepat. Liverpool kembali menjadi tim yang disegani di Inggris dan di Eropa.
Akan tetapi, melihat penampilan Liverpool pada musim ini, penantian yang sama bisa saja terjadi lagi. Akankah Liverpool harus menanti lagi menjadi juara Liga Inggris selama 30 tahun yang akan datang?
Terlalu sulit untuk menjawabi pertanyaan ini. Hal itu bisa saja terjadi andaikata Liverpool tidak memperbaiki performa terbaiknya. Namun, situasi akan kembali normal, dalam mana Juergen Klopp bisa berhasil mengembalikan mentalitas anak-anak asuhnya pada jalan yang benar.
Masih ada waktu bagi Liverpool mengembalikan penampilan terbaiknya. Salah satu upaya adalah lewat meraih tempat di empat besar dan mengembalikan keangkeran Anfield. Dengan ini, mimpi buruk menanti trofi selama 30 tahun lenyap dari benak Liverpool.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H