Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketika Rekan Kerja Bersalah, Apakah Dilindungi ataukah Dilaporkan?

12 Februari 2021   19:43 Diperbarui: 12 Februari 2021   19:54 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto; Getty Images.com

Semalam (12/2) seorang teman mengirimkan pesan di WA. Dia berada dalam situasi dilema. Dilema dari kenyataan yang dihadapi di tempat kerja. Di institusi sekolah.

Kebetulan teman ini adalah seorang guru. Seorang wali kelas. Akibat dari pandemi, anak-anak harus dirumahkan. Hanya para guru yang diperbolehkan ke sekolah. Juga, mereka menggunakan media internet untuk mengajar.

Singkat cerita, salah satu teman guru mereka kedapatan melakukan penyelewengan absen mengajar. Dia mengatakan kepada kepala sekolah kalau dia sudah mengajar di kelas yang dibawahi oleh beberapa guru.

Tak disangka, kepala sekolah mengecek kebenarannya itu langsung kepada para murid. Dari hasil pengecekan diketahui bahwa guru itu belum mengajar di tiga kelas. Tidak sampai di situ. Kepala sekolah meminta pertanggung jawaban dari wali kelas sebelum hal itu disampaikan langsung kepada guru yang telah menyeleweng.

Sebagai wali kelas teman saya itu harus bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Dia tahu situasi yang sebenarnya. Dia harus menyampaikan kepada kepala sekolah kenyataan itu.

Persoalannya, teman itu merasa tidak tega. Teman gurunya yang telah menyeleweng absen mengajar sudah terbilang lebih senior. Juga, sudah dianggap sebagai seorang kakak di sekolah.

Mau melapor kenyataan yang sebenarnya, dia menjadi tidak enak hati dengan guru itu. Takut relasi menjadi rusak dengan teman guru tersebut.

Sebaliknya, kalau tidak melapor, dia juga dinilai oleh kepala sekolah telah bersekongkol dengan guru yang bermasah. Telah terlibat dalam persoalan yang terjadi.

Menjawab itu, hemat saya, hal ini pun yang sampaikan kepada teman ini, kalau berjalan menurut asas profesionalitas di tempat kerja, kenyataan harus dikedepankan. Apa yang terjadi mesti disampaikan kepada pimpinan, dalam hal ini kepala sekolah.

Salah satu alasannya agar persoalan tidak merambat kepada orang lain, termasuk kepada teman itu dan terutama kepada institusi itu sendiri. Pada waktu melakukan perlindungan kepada yang bersalah dengan berlaku diam, tidak peduli, dan ikut skenario dari yang bersalah, pada saat itu pula kita memilih untuk memihak kepada yang bersalah. Dengan itu pula, kita mengabaikan keutuhan dari institusi.

Akan tetapi, kalau kita menanggalkan faktor personal dan lebih fokus pada kebaikan insitusi, dengan ini persoalan bisa terselesaikan dengan baik. Institusi hanya menfokuskan diri kepada yang bersalah berdasar pada data-data yang ditampilkan.  

Memang sulit menempatkan faktor hubungan personal di tempat kerja. Hal ini kerap menjadi batu sandungan ketika terjadi persoalan. Persoalan dibiarkan hanya karena faktor relasi yang terjadi. Atau juga, persoalan disembunyikan karena tidak mau rekan kerja dipermalukan dan disingkirkan dari tempat kerja.

Akan tetapi, pola seperti ini bisa mengoyangkan keutuhan tempat kerja. Kalau ditumpuk dan dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, hal itu bisa menghancurkan insitusi itu sendiri.

Maka dari itu, faktor profisionalitas perlu dikedepankan. Dalam arti, kalau terjadi persoalan, soal relasi personal ditepikan, dan lebih fokus pada persoalan yang terjadi. Tujuannya, bukan pada individu yang melakukan persoalan semata, tetapi itu bertujuan untuk insititusi dan tempat kerja itu sendiri.

Jadi tidak masalah kita melaporkan persoalan yang terjadi. Asalkan, laporan itu berdasar fakta dan data yang akurat. Bukannya laporan untuk menjatuhkan rekan di tempat kerja.

Memang selalu sulit memisahkan ruang relasi personal dan profesionalitas di tempat kerja. Namun, kalau kita fokus pada insititusi dan tempat kerja itu sendiri, maka kita dengan muda bisa berpihak kepada profesionalitas daripada terjebak pada relasi personal.

Salam   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun