Saya masih ingat pengalaman sewaktu menulis skripsi. Sekitar 12 tahun lalu. Dari pengalaman yang penuh kenangan itu, satu hal yang sangat bermanfaat adalah pertemuan dengan dosen pembimbing skripsi yang biasanya dimulai dari pembahasan judul hingga proses sebelum tulisan disidangkan.Â
Dalam pertemuan itu, dosen pembimbing selalu memberikan banyak masukan tentang apa yang saya ulas di skripsi. Beliau juga tidak ragu-ragu mengkritisi poin-poin yang saya sampaikan.
Juga, pembimbing menyampaikan kritik berdasar pada pengetahuan dan data yang kuat. Sehingga kritiknya pun bukan asal bunyi atau bernada memerintah.ko
Kalau dipikir-pikir bahwa saya sudah menghabiskan banyak waktu untuk melakukan penelitian, namun saat setelah dikoreksi oleh dosen pembimbing, apa yang saya kerjakan malah dikritik keras. Belum lagi kalau catatan kritisnya cenderung menolak apa yang sudah dituangkan.Â
Sangat menantang ketika berhadapan dengan catatan kritis dari seorang pembimbing skripsi. Selain itu membantu kita untuk terus mengasa kualitas tulisan, juga itu menyadarkan pada kekurangan yang dimiliki dari apa yang disampaikan. Ketika masih kurang, mau tidak mau saya memompa diri untuk menguatkan ide yang saya sampaikan.Â
Makanya, saya melihat jika catatan kritis dari dosen pembimbing skripsi banyak membantu, daripada beliau hanya membeo atau pun mengiakan begitu saja apa yang dituliskan. Dengan itu, ada banyak ide yang saya pelajari dan peroleh.
Catatan kritis merupakan metode belajar yang sangat berharga.Hal itu menantang ide kita, pun berupa menolak ide kita. Apabila catatan kritis menantang atau pun menolak ide kita, kita berupaya untuk menangkalnya dengan argumen yang rasional.Â
Tidak perlu berkecil hati apabila catatan kritis yang disampaikan mementalkan ide kita. Sebaliknya, kita patut berterima kasih karena ide kita yang tidak berdasar kuat bisa diteliti dengan baik. Â
Tak jarang terjadi catatan kritis menjadi nilai tambahan bagi ide yang kita miliki. Berkat catatan kritis yang diberikan, ide kita bisa menjadi kuat. Ide yang lemah pun ditangguhkan. Â Maka dari itu, sangatlah tidak tepat bila kita cenderung untuk menilai negatif setiap catatan kritis yang disampaikan kepada kita.Â
Hal yang sama pula berlaku untuk pemberian kritik kepada pejabat publik. Pada tempat pertama, menjadi pejabat publik berarti menjagi figur umum, dalam mana setiap pasang mata melihat, memperhatikan, dan bahkan menilai.Â
Pada saat seorang pejabat publik alergi dengan catatan kritis, pada saat itu pula dia mengingkari posisinya sebagai pejabat publik. Malahan, dia menodai jabatannya sebagai pejabat publik. Seyogianya, seorang pejabat publik selalu membuka diri untuk menerima kritikan, melihat setiap catatan kritis secara positif, dan coba belajar dari catatan kritis itu agar bisa tampil dengan baik.Â
Kita pun perlu melihat cara kita menyampaikan kritik. Tujuannya agar pejabat publik tidak alergi pada kritik. Salah satu cara adalah menghindari catatan kritis yang berbau terlalu personal atau menyerang pribadi seorang pejabat publik.Â
Dalam arti, kita perlu pisahkan antara level latar belakang pribadi dan jabatan yang melekat pada seseorang. Tidak membuat kritik yang berbau fitnah.Â
Apalagi mengritik yang sampai menyinggung aspek SARA. Akan tetapi, kita mengkritisi bagaimana seorang pribadi yang berjabatan menunjukkan kapasitasnya sebagai pejabat publik. Kita mengkritiknya dalam taraf dan kapasitasnya menurut jabatan yang melekat pada diri seorang pejabat publik.Â
Hal lain juga adalah kita perlu belajar situasi sosial dan budaya dari seorang pejabat publik. Tidak asal semprot. Kerap kali terjadi bahwa konteks sosial dan budaya bisa mempengaruhi kita dalam menyampaikan kritik.Â
Ada konteks budaya yang bisa secara terbuka dan terus terang menyampaikan kritik. Kritik di depan publik pun bukanlah masalah.Â
Akan tetapi, ada beberapa konteks sosial dan budaya di mana mengritik seseorang tidak boleh secara terbuka dan terang-terangan. Kritiknya disampaikan secara ramah dan halus, tetapi esensi untuk mengritik tetap ada.Â
Hal-hal seperti ini menjadi standar umum dalam menyampaikan kritik. Kita menyampaikan kritik karena kita tidak mau pejabat publik berlaku sekehendak pribadi.Â
Sebaliknya, mereka juga menyadari bahwa dengan kritik itu mereka bukan bekerja untuk diri mereka sendiri, tetapi mereka bekerja demi nasib banyak orang.Â
Jadi, tak perlu gentar menyampaikan kritik kepada pejabat publik, asalkan kita tidak menyerang secara pribadi dan kita tahu betul latar belakang sosial-budaya dari seorang pejabat publik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H