Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apabila AHY Mengikuti Langkah Politik dari Gibran

6 Februari 2021   17:48 Diperbarui: 6 Februari 2021   17:52 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjumpaan AHY dan Gibran dalam salah satu kesempatan. Sumber foto: KOMPAS.com/Muhlis Al Alawi

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Gibran Rakabuming Raka adalah dua politikus muda tanah air untuk saat ini. Keduanya juga merupakan masa depan bagi dunia perpolitikan di Indonesia. Bukan tidak mungkin, keduanya bisa menjadi tandem politik, ataukah menjadi lawan politik dalam sebuah kontestasi politik.

Berasal dari latar belakang yang berbeda, keduanya menempuh jalan politik yang berbeda pula. AHY memutuskan untuk pensiun dini dari dinas militer demi mengikuti kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta di tahun 2016. Dalam pilkada itu AHY tidak berhasil.

Kendati kalah dari dunia politik, AHY terus melanjutkan karir kepolitikannya. Menjabat sebagai ketua Partai Demokrat merupakan jalan politik yang dijalani oleh AHY untuk saat ini.

Langkah Gibran pun hampir serupa dengan AHY. Gibran putar haluan dari seorang pebisnis Markobar dan memilih untuk mengikuti kontestasi Pilwalkot Solo pada bulan Desember tahun lalu. Hasilnya berpihak kepada Gibran. Gibran berhasil memenangkan kontestasi tersebut dan siap dilantik untuk menjadi walikota Solo.

Dengan ini, Gibran pun mengikuti langkah dari ayahnya, Presiden Jokowi menjadi walikota Solo. Dari Solo pula Jokowi membangun karir politiknya hingga saat ini.  

Di usia yang relatif muda, AHY dan Gibran bisa mempunyai banyak waktu untuk mengembangkan sayapnya di dunia perpolitikan di tanah air. Bukan tidak mungkin, hal itu menjadi batu loncatan untuk mengecap ruang politik yang lebih luas.

AHY sendiri menjadi salah satu sosok politikus yang kerap disoroti. Hal itu sudah memiliki tanda-tandanya. Dalam mana, AHY sempat diisukan untuk masuk kabinet Jokowi jilid II dan bagian dari reshuffle kabinet pada kesempatan lalu.

Namanya isu, pasti nilai kebenarannya patut dipertanyakan. Karena setelah Jokowi melakukan perombakan kabinet, nama AHY ternyata tidak termasuk dalam rencana itu. Kendati hanya sekadar isu politik, hal itu bisa menandakan popularitas AHY di dunia perpolitikan tanah air.  

Untuk saat ini, karir politik AHY berkutat dengan Partai Demokrat. Partai Demokrat bisa menjadi kendaraan politik yang bisa melapangkan AHY untuk berkarir di dunia perpolitikan Indonesia. Pertanyaannya, apakah hal itu sudah cukup melapangkan jalan AHY untuk mengikuti jejak sang ayah, SBY?

Hemat saya, hal itu tidaklah cukup. Secara umum, masyarakat terbilang jeli dalam melihat sosok politik untuk konteks saat ini. Paling tidak, masyarakat menginginkan figur yang pernah membuktikan diri karena pernah memimpin sebuah daerah dan lembaga.

Fenomena keterpilihan Jokowi yang naik ke panggung nasional menjadi salah satu bukti nyata. Bukti lain juga terlihat dari popularitas nama-nama seperti Ganjar, Ridwan Kamil, Anies Baswedan, dan Ibu Risma di bursa calon pemimpin di tanah air. Mereka disoroti karena mereka mewujudnyatakan kebijakan politik secara nyata lewat tempat mereka di pemerintahan.

Bahkan lewat keterpilihan mereka di kontestasi Pilkada menjadi salah satu tolok ukur bahwa mereka sudah mendapat tempat di hati pemilih. Tinggal bagaimana mereka mengembangkan tingkat keterpilihan itu untuk konteks yang lebih luas, seperti Indonesia.

Ambil contoh lain, Presiden Jokowi. Rekam jejaknya sebagai politikus yang memimpin Kota Solo hingga menjadi gubernur DKI Jakarta menjadi bahan yang cukup ampuh dalam meyakinkan banyak pemilih di Indonesia untuk memilihnya. Dengan kata lain, menjadi pemimpin sebuah wilayah dan daerah seperti kabupaten dan provinsi menjadi momen dan kesempatan bagi seorang politikus untuk menunjukkan dirinya.  

Keterpilihan Gibran di Solo menjadi langkah awal untuk membuktikan dirinya sebagai seorang politikus. Berstatuskan sebagai putera Presiden menjadi nilai plus bagi Gibran untuk mengaktualisasikan diri sebagai seorang politikus.

Status itu bisa membuat media akan selalu meneropong cara dan program kerjanya di Solo. Dengan ini, secara tidak langsung Gibran sering dan gampang terekspos ke publik. Semakin positif yang dilakukan oleh Gibran yang ditampilkan media, semakin positif popularitasnya di mata masyarakat. Bukan tidak mungkin, hal ini bisa melapangkan Gibran untuk tampil di ruang politik yang lebih luas, semisal, Pilkada Gubernur.

Langkah Gibran ini terbilang taktis. Kalkulasi politiknya cukup jelas. Di usianya yang masih sangat muda, Gibran memulai karirnya perlahan tetapi itu bisa membentuknya sebagai seorang politikus yang mendapat kepercayaan positif dari mata masyarakat.

Langkah politik ini bisa menjadi pelajaran bagi AHY. Maukah AHY mengikuti kontestasi Pilkada di daerah? 

Saya kira kontestasi di Pilkada menjadi langkah terbaik bagi AHY untuk menunjukkan diri sebagai seorang politikus dan pemimpin rakyat. Apalagi jika AHY terpilih. Itu menjadi cara bagi AHY untuk bisa menarik hati pemilih lewat kerjanya sebagai seorang politikus dan sekaligus pemimpin yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.  

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun