Ya, Rudy, nama suamiku. Biasanya, setiap jam 5 pagi dia sudah keluar rumah. Jogging di jalanan umum. Kebetulan jarak rumah kami dengan jalanan umum hanya 20 meter.
Kebiasaannya ini juga sudah menjadi pengetahuan banyak orang. Saat Manong Ustong menceritakan hal yang sama kepada teman guru itu, dia pun hanya menjawab kalau itu sudah menjadi kebiasaan Rudy setiap pagi. Tidak mengherankan.
Namun, tanda tanya mengiang di dalam di dalam diriku. "Mengapa dia tidak menampakkan diri kepadaku?"
Bagaimana pun, aku sangat berharap bisa bertemu rupa dengannya. Sekali saja sudah cukup untuk menebus rasa kangen yang sudah begitu hebat.
Rasa kangen ini kian menggebu karena pelbagai cerita tentang penampakan dirinya. Bukan kepadaku atau pun kepada anak-anakku. Namun, dia hadir kepada orang lain.
***
Pukul 01.30 siang. Selesai makan siang. Â Siang itu kami menikmati makan siang di sekolah.
Seorang teman guru berulang tahun. Dia mentraktir kami semua. Jadinya, kami tidak pulang ke rumah sebagaimana hari-hari sebelumnya.
Rasa ngantuk menghampiri diriku siang itu. Kulekukkan laptoku. Ingin tidur sebentar di kursiku. Sejam lagi baru kami bekerja lagi.
Kulihat dua orang teman guruku sudah terlelap. Menelengkukkan kepala mereka di meja kerja.
Ketika mataku agak terlelap, tiba-tiba suara mengorok menggelegar di ruang guru itu. Aku mengenal suara itu.