Lagi-lagi, kabar tentang perjumpaan dengan arwahnya beredar di lingkungan kami. Kali ini aku mendengarnya dari seorang teman guru.
Sewaktu aku belum membuka laptopku untuk kembali mempersiapkan bahan pelajaran bagi wali muridku untuk pekan depan, seorang teman guru mendekat. Pekerjaanku agak menumpuk.
Dua minggu aku absen. Kepergiannya yang tiba-tiba telah menghantamku dan dua buah. Pukulan yang cukup menyakitkan. Aku belum bisa menerimanya sebagai kenyataan. Terasa seperti mimpi.
Tuntutan pekerjaan memaksaku untuk kembali masuk sekolah. Tak masuk, pekerjaan bisa terus menumpuk. Absen dua pekan sudah membuat banyak muridku yang tak belajar.
Pekerjaan kian bertambah berat di tengah situasi pandemi. Jadi, sejak sepekan lalu aku kembali ke sekolah. Berupaya kembali membangun raga dan jiwaku pada kondisi prima.
Terbilang berat. Kembali ke sekolah yang menyimpan banyak kenangan dengan dirinya. Ya, kadang kalau aku bekerja hingga larut malam di sekolah itu, dia kerap menemaniku.
Namun, semuanya itu tinggal kenangan. Hari-hari terakhir ini, aku kian bingung dengan penampakan dirinya pada beberapa orang.
"Tadi pagi, Manong Ustong bertemu Rudy," teman guru itu membuka percakapan.
Aku tidak terlalu kaget. Sudah beberapa orang yang melaporkan hal yang serupa kepadaku.
"Di mana," tanyaku sembari membuka laptopku.
"Di jalan sewaktu Manong Uston lari pagi. Tanpa sengaja dia bertemu Rudy. Namun, peristiwanya terjadi begitu cepat. Dia tersadar ketika Rudy berlalu dari hadapannya," lanjut teman guru itu.