Sementara aku tidak berpakaian seperti si Tomboy sama sekali. Tetap seorang perempuan.
Akan tetapi, hatiku sudah terpenjara pada hatinya. Teman kerjaku sendiri. Seorang perempuan asal bagian Selatan Filipina.
Semuanya berlangsung cepat. Sejak tiga tahun lalu.
Bermula dari luka itu. Aku dikhianati. Setelah kuberikan semua milikku, aku malah ditipu. Ditinggalkan dan dicampakan. Bahkan dipermalukan di media sosial. Sejak saat itu, aku tidak mau jatuh dalam pelukan kaum Adam sekalipun.
Berawal dari kedekatan yang biasa saja. Teman curhat. Hingga kedekatan itu berujung pada relasi hati. Hatiku jatuh pada hatinya. Hingga kami pun memutuskan untuk mengontrak sekamar. Tak lagi terpisah dinding.
Relasi ini malah menjadi beban. Beban yang susah kupikul.
Entah beberapa kali orangtua memintaku pulang. Katanya tahun depan aku sudah masuk 30 tahun. Usia yang tidak baik bagi seorang perempuan sepertiku untuk tidak bersuami. Terlebih lagi, tetangga di kampung kerap bertanya tentang asal suamiku. Terlihat ibu susah menjawab pertanyaan itu.
Akhir-akhir ini suara ibu terlihat putus asa. Ibu mengatakan lebih baik bersuamikan seorang yang tak bersekolah daripada tak bersuami sama sekali.
Keinginan orangtua yang sangat membebaniku. Keinginan yang kian berat ketika kekasihku bertolak dari keinginan mereka.
Sekadar Kisah Fiktif
Salam