"Siapakah pemilik parfum itu?"
Awalnya, kucoba berpikir positif. Barangkali kebetulan saja aromanya sesuai dengan pengharum ruangan kerjanya. Namun, tidak. Beberapa kali sudah aku pergi ke kantornya. Bukan aroma kantornya.
"Lantas, darimana aroma parfum itu?"
Semakin sering aku mencium aromanya, semakin lama pikiranku tenggelam dalam tanda tanya. Pun, aku kian familiar dengan aromanya.
Pasalnya, bukan sekali atau dua kali aroma parfum itu datang bersama tubuhnya yang lusuh setelah berada seharian di luar rumah.
Biasanya sekali dalam dua minggu. Pernah, aroma itu datang ke rumah kami dua kali dalam seminggu. Aroma khas. Aroma yang membawa pikiranku pada dugaan yang berada di jauh sana. Hingga malam itu, aku belum menemukan pemilik yang sesungguhnya.
Seperti biasa, aku hanya diam. Tidak terlalu berkomentar. Setiap kali dia pulang dengan aroma parfum itu, aku hanya merenung dalam sepi sembari melihat kelucuannya saat asyik bermain dengan Rhedon.Rhedon seolah menjadi pelega kelelahannya setelah seharian berada di luar rumah.
***
"Syg, sore jam 3 kita ke rumah sakit daerah. Jenguk Ryan. Aku langsung dari tempat kerja dan tunggu kamu di Rumah Sakit," pesan singkatnya masuk ke WA-ku.
Ryan merupakan teman akrabnya sejak banku SMA hingga saat ini. Aku hanya mengenal Ryan karena kedekatan mereka. Tak lebih dari itu. Kadang sekali bertemu dengannya dan keluarganya. Rumah mereka ada di luar kota.
Kendati demikian, Ryan dan suamiku kerap bertemu. Di rumah Ryan, ataukah Ryan yang datang ke rumahku.