Bahkan, pakaian yang dikenakan kerap menipu dan mengelabui. Gara-gara pakaian yang dikenakan, orang terperangkap pada pikiran yang salah. Pun, gara-gara pakaian orang bisa merendahkan orang lain.
Pandangan seperti ini seharusnya dibongkar. Apa pun pakaian yang kita kenakan tidak bisa menentukan kesucian diri kita. Itu hanyalah tambahan dari luar.
Kendati demikian, kita perlu sadar bahwa pakaian bisa juga mengekspresikan kualitas hati dan pikiran kita. Asalkan intensi berpakain itu merupakan perwujudan situasi batin.
Misalnya, berpakaian pada tempat dan waktu yang tepat. Tahu memilih model pakaian seperti apa yang cocok untuk konteks sosial dan budaya tertentu.
Tujuannya, agar kita menunjukkan rasa hormat kepada sesama. Rasa hormat ini merupakan ungkapan hati dan pikiran dalam mengakui perbedaan orang lain. Rasa hormat ini pun merupakan ungkapan hati dan pikiran dalam menghargai sesama.
Berpakain pada tempat dan waktu yang tepat seyogianya merupakan ekspresi hati dan pikiran. Bukannya untuk menipu mata dan mengelabui hati dan pikiran sesama. Ekspresi untuk menghormati sesama.
Walau demikian, pakain tetap bukanlah kriteria utama di mana itu menjadikan diri suci. Kita menjadi suci ketika hati dan pikiran kita dipenuhi oleh hal-hal yang berhubungan dengan keilahian-Nya, seperti kasih dan kebaikan.
Hal-hal keilahian ini tercermin lewat cara hidup, entah sebagai seorang pribadi maupun dalam relasi dengan sesama. Â Dengan cara hidup itu pula, sesama pun akan melihat dan merasakan keberadaan Sang Ilahi di tengah mereka.
Sekadar Refleksi Pribadi
Salam
Â