Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cintanya Sebatas di Ranjang dan Dapur

3 November 2020   19:15 Diperbarui: 3 November 2020   19:20 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com

Andaikata dinding-dinding rumah kontrakan ini bisa berbicara dan mendengar, aku ingin mengeluarkan semua keluh kesahku. Kisahku tentang di antara ranjang dan dapur. Sebatas itu.

***

Pertemuan dengan teman baikku di swalayan senja itu menguak rasa malu dan kecewa pada diriku. Pembicaraan kami bermula dari kisah teman itu tentang keseruan dengan teman-teman di media sosial. Grup teman angkatan sewaktu SMA.

Banyak yang bertanya tentang diriku. Pertanyaan-pertanyaan mereka itu hadir terlebih karena aku menikah dengan teman angkatan sewaktu SMA juga.

Teman-temanku heran. Sebagian besar dari kami tinggal sekota. Berasal dari SMA yang sama. Reuni teman-teman sewaktu SMA selalu ramai. Akan tetapi, aku dan suamiku tidak terlibat di grup media sosial SMA.

Sewaktu teman itu bertanya tentang alasan di balik ketidakhadiran kami di grup angkatan, aku hanya katakan jika phoneku lagi rusak. Sebenarnya, aku tahu kalau mereka juga tahu tentang relasi antara aku dan suamiku.

Namanya seorang teman. Pastinya, dia tidak mau langsung masuk pada persoalan yang terjadi. Bisa-bisa itu menganggu relasi kami.

***

Suamiku. Mantan teman angkatan sewaktu SMA. Tahun 2003-2004. Hanya beda kelas sewaktu SMA kelas 3. Dia memilih bagian IPA sementara aku di bagian IPS.

Sewaktu kuliah pun beda tempat. Gara-gara media sosial yang baru naik daun waktu itu, kami kerap berkomunikasi. Awalnya, laiknya hanya sebagai teman angkatan sewaktu SMA. Perlahan relasi kian mendalam.

Pendek kisah, kami menikah setelah 3 tahun selesai kuliah. Situasi perlahan menjadi berbeda setelah menikah.

Dia memintaku untuk berhenti bekerja. Tinggal dan mengurus rumah. Aku menurutinya saja. Katanya kalau pendapatannya sebagai seorang Kepala Bagian di salah satu Bank sudah cukup membiayai hidup kami berdua.

Ternyata permintaannya itu hanyalah awal dari keterpenjaraanku. Perlahan karakternya berubah. Dari seorang yang begitu perhatian, dia cenderung menjadi seorang pribadi yang curiga.

Pernah gara-gara tertawa membaca chat seorang teman, dia menjadi begitu marah. Barangkali teman chatku lantaran seorang teman pria. Teman sewaktu masa SMA juga. Tidak hanya marah, dia juga mengambil phoneku dan memeriksa semua isi chatku.

Semenjak saat itu, dia kerap melihat dan mengecek isi phoneku. Bahkan dia mengatur grup mana di media sosial aku harus bergabung. Hanya dua grup. Grup keluarganya dan keluargaku.

Sebaliknya, aku tidak pernah sekalipun diberikan kesempatan untuk melihat phonenya. Bukannya aku tidak mau.

Akan tetapi, reaksinya  terlalu berlebihan kalau aku meminta phonenya. Dia malah marah dan menuduh diriku berlaku curiga. Daripada terjebak pada pertengkaran, aku memilih diam.  

5 tahun kami berumah tangga. Aku lebih banyak menghabiskan banyak waktu di rumah. Tinggal di rumah kontrakan itu sudah seusia pernikahan kami.

Tidak banyak hal yang kukerjakan di rumah. Tugas intinya, di dapur ataukah di kamar tidur. Dia senang kalau aku memasaki masakan kesukaannya. Juga, dia puas ketika aku melayani di ranjang. Itu saja, di mana dia begitu perhatian dan menyangangiku. Selebihnya, aku terpenjara dalam kecurigaannya.

Keluar rumah jika dia mengajakku untuk menemaninya. Kalau aku keluar sendiri, pertanyaannya begitu banyak.

Pertanyaan andalannya adalah berapa lama aku akan berada di luar rumah. Jadinya, aku tidak bebas. Daripada dinaungi oleh kecurigaan yang tidak jelas, aku lebih memilih rumah sebagai tempat untuk berdiam. Cari aman walau hatiku begitu sakit.

***

Akh, rumah kontrakan ini tahu betul situasiku. Andaikata dinding-dinding rumah kontrakan ini bisa mendengar dan berbicara, barangkali mereka mau mendengar kisahku. Juga, mereka bisa berkisah tentang cintanya kepada penghuni yang akan datang. Cinta sebatas di ranjang dan di dapur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun