Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cintanya Sebatas di Ranjang dan Dapur

3 November 2020   19:15 Diperbarui: 3 November 2020   19:20 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com

Pendek kisah, kami menikah setelah 3 tahun selesai kuliah. Situasi perlahan menjadi berbeda setelah menikah.

Dia memintaku untuk berhenti bekerja. Tinggal dan mengurus rumah. Aku menurutinya saja. Katanya kalau pendapatannya sebagai seorang Kepala Bagian di salah satu Bank sudah cukup membiayai hidup kami berdua.

Ternyata permintaannya itu hanyalah awal dari keterpenjaraanku. Perlahan karakternya berubah. Dari seorang yang begitu perhatian, dia cenderung menjadi seorang pribadi yang curiga.

Pernah gara-gara tertawa membaca chat seorang teman, dia menjadi begitu marah. Barangkali teman chatku lantaran seorang teman pria. Teman sewaktu masa SMA juga. Tidak hanya marah, dia juga mengambil phoneku dan memeriksa semua isi chatku.

Semenjak saat itu, dia kerap melihat dan mengecek isi phoneku. Bahkan dia mengatur grup mana di media sosial aku harus bergabung. Hanya dua grup. Grup keluarganya dan keluargaku.

Sebaliknya, aku tidak pernah sekalipun diberikan kesempatan untuk melihat phonenya. Bukannya aku tidak mau.

Akan tetapi, reaksinya  terlalu berlebihan kalau aku meminta phonenya. Dia malah marah dan menuduh diriku berlaku curiga. Daripada terjebak pada pertengkaran, aku memilih diam.  

5 tahun kami berumah tangga. Aku lebih banyak menghabiskan banyak waktu di rumah. Tinggal di rumah kontrakan itu sudah seusia pernikahan kami.

Tidak banyak hal yang kukerjakan di rumah. Tugas intinya, di dapur ataukah di kamar tidur. Dia senang kalau aku memasaki masakan kesukaannya. Juga, dia puas ketika aku melayani di ranjang. Itu saja, di mana dia begitu perhatian dan menyangangiku. Selebihnya, aku terpenjara dalam kecurigaannya.

Keluar rumah jika dia mengajakku untuk menemaninya. Kalau aku keluar sendiri, pertanyaannya begitu banyak.

Pertanyaan andalannya adalah berapa lama aku akan berada di luar rumah. Jadinya, aku tidak bebas. Daripada dinaungi oleh kecurigaan yang tidak jelas, aku lebih memilih rumah sebagai tempat untuk berdiam. Cari aman walau hatiku begitu sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun