Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Setahun Jokowi-Maruf, Akankah Reshuffle Menjadi Nyata?

20 Oktober 2020   08:28 Diperbarui: 21 Oktober 2020   10:32 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota Kabinet Jokowi-Maruf. Sumber foto: Kristianto Purnomo/Kompas.com

Belum genap setahun pemerintah Jokowi-Maruf, isu resuffle mencuat ke ruang publik. Diskusi politik pun berkutat mengenai siapa-siapa saya yang bisa menjadi korban dan sekaligus yang bisa masuk ke dalam tubuh kabinet. Motif kepentingan politik pun sangat melekat di balik diskusi itu.  

Wacana reshuffle ini ditenggarai oleh kemarahan Jokowi kepada beberapa anggota kabinetnya. Anggota kabinetnya itu dinilai tidak optimal dalam menjalankan tugas mereka di tengah masa krisis pandemi (Kompas.com 29/6/20).

Bagaimana pun, perombakan kabinet bisa menjadi salah satu solusi untuk mendongkrak dan memperbaiki kerja pemerintahan. Yang tidak lagi optimal bekerja seyogianya diganti oleh sosok-sosok yang mau bekerja dengan baik untuk pemerintah. Kecuali kalau anggota kabinet memperbaiki performa mereka ketika mereka tetap diberikan kesempatan. 

Sejauh ini, isu perombakan kabinet hanyalah sebatas wacana. Tidak terjadi. Pemerintahan Jokowi-Maruf pun akan memasuki masa usia setahun. 

Masa usia ini masih terbilang singkat. Tinggal 4 tahun bagi seorang Jokowi untuk menunjukkan kapasitasnya sebagai pemimpin RI. 4 tahun ini terasa spesial bagi Jokowi. Pasalnya, ini merupakan periode terakhir bagi Jokowi. 

Beban politik untuk terpilih lagi tidak mengikat seorang Jokowi. Langkahnya sebagai seorang pemimpin bahkan bisa bersebrangan dengan suara partai politik apabila jalan itu bisa lebih memberikan kontribusi yang menguntungkan bagi pemerintahan. 

Memang terasa sulit melepaskan diri dari partai politik. Apalagi, kalau orang-orang yang dipercayai banyak berasal dari kalangan partai. Jadinya, langkah kebijakan dan keputusan juga bisa bersentuhan dengan arah kepentingan politik. 

Masa setahun merupakan masa yang perlu direfleksikan. Masa yang cukup sulit bagi Jokowi. Kesulitan yang paling utama adalah dari situasi pandemi yang sementara dihadapi oleh banyak negara.

Tak heran, kemarahan Jokowi pada performa para anggota kabinetnya di tengah masa krisis pandemi sangatlah beralasan. Situasi krisis pandemi sangat mengeruk energi dan materi negara. Kalau engergi tidak digerakan dengan optimal dan materi hanya diselewengkan, jadinya penanganan krisis berjalan mandek dan tidak menemukan solusi. 

Maka dari itu, apabila performa anggota kabinet belum meningkat, barangkali Jokowi perlu melihat isu reshuffle. Toh, Jokowi sudah pernah melakukan reshuffle sewaktu di perionde I kepemimpinannya.

Memang tidak gampang untuk melakukan reshuffle di tengah situasi krisis. Apalagi kalau orang baru datang tidak menjawabi tantangan yang dihadapinya. Jadinya, bukannya membawa solusi, pemerintah malah berhadapan dengan persoalan demi persoalan.  

Meski demikian, ini bisa menjadi keuntungan bagi Jokowi untuk merombak kabinetnya. Kalau memang para anggota kabinet belum menunjukkan kinerja yang signifikan, Jokowi perlu mengambil langkah cepat dan sedini mungkin. 

Dengan kata lain, Jokowi masih mempunyai 4 tahun bersama anggota kabinetnya untuk bekerja demi pemerintahan Indonesia. Waktu yang cukup lama. Tidak terlalu singkat bagi mereka untuk menunjukkan performa yang terbaik bagi pemerintah. 

Performa selama setahun akan menjadi bahan evaluasi bagi pemerintahan Jokowi-Maruf. Termasuk niat untuk melakukan perombakan kabinet kalau memang itu dibutuhkan demi kepentingan pemerintahan yang lebih baik.  

Kinerja setahun bisa menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan tentang mempertahankan kabinetnya ataukah merombak dengan melakukan pergantian pada beberapa pos yang tidak tampil prima.

Hemat saya, perombakan bisa terjadi kalau memang pemerintahan membutuhkan perbaikan performa. Apabila anggota kabinet sudah tampil optima dan memperbaiki performa mereka selepas kemarahan Jokowi, mereka pun patut dipertahankan. Dengan ini, perombakan kabinet bukan bertujuan untuk membagi jatah kepentingan dan kekuasaan kepada koncoh politik. 

Lebih dari itu, perombakan kabinet adalah sebuah upaya untuk membangun sebuah organisasi pemerintahan. Anggota baru seyogianya bisa menjawabi tuntutuan kerja pemerintah dan bukannya hanya menutup lubang yang ditinggalkan. Apalagi mereka datang hanya untuk menggenapi kepentingan politik. 

Reshuffle menjadi nyata bergantung pada evaluasi pada kinerja pemerintah selama setahun yang telah lewat. Kinerja baik, para anggota kabinet dipertahankan. Begitu pun sebaliknya, kalau tidak optimal, langkah perombakan bisa menjadi salah satu solusi. Terlebih lagi, Jokowi masih mempunyai 4 tahun duduk di kursi RI nomor satu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun